> >

Prancis Luncurkan Satelit Komunikasi Militer Super Canggih untuk Perang Luar Angkasa

Kompas dunia | 24 Oktober 2021, 16:03 WIB
Roket Ariane 5 yang membawa satelit Syracuse 4A lepas landas dari Kourou, di Guyana Prancis Sabtu malam (23/10/2021), dengan misi yang diselesaikan 38 menit 41 detik setelah lepas landas. (Sumber: Everyday Astronaut)

KOUROU, KOMPAS.TV - Prancis meluncurkan satelit militer super canggih ke orbit, dirancang untuk memungkinkan kekuatan militer Prancis di seluruh dunia berkomunikasi dengan cepat dan aman, seperti dilansir Straits Times mengutip AFP, Minggu, (24/10/2021).

Paris membentuk komando pasukan luar angkasa Juli 2019, di antara kekhawatiran bahwa para pesaing Prancis banyak berinvestasi dalam teknologi luar angkasa, yang dipandang sebagai perbatasan militer baru.

Satelit itu "dirancang untuk menahan agresi militer dari darat dan luar angkasa, serta mengatasi berbagai gangguan," kata juru bicara angkatan udara dan ruang angkasa Prancis Kolonel Stephane Spet kepada AFP seperti dilansir Straits Times.

Roket Ariane 5 yang membawa satelit Syracuse 4A lepas landas dari Kourou, di Guyana Prancis Sabtu malam (23/10/2021), dengan misi yang diselesaikan 38 menit 41 detik setelah lepas landas.

Satelit itu dapat mengamati lingkungan sekitarnya dan bergerak sendiri untuk menghindari serangan.

“Berkat peralatan canggihnya (antena anti-jamming dan prosesor transparan digital di dalamnya), Syracuse 4A akan menjamin ketahanan yang tinggi terhadap metode jamming yang sangat ekstrem,” tulis penyedia peluncuran Arianespace dalam deskripsi misinya.

Baca Juga: Macron Kutuk Pembantaian Warga Aljazair di Paris 1961, Presiden Prancis Pertama yang Mengakuinya

Satelit militer super canggih milik Prancis, Syracuse 4A, yang diluncurkan dengan roket Ariane 5, membuat kekuatan militer Prancis di seluruh dunia bisa berkomunikasi dengan aman, serta dirancang mampu bertahan dari serangan luar angkasa (Sumber: Airbus)

Marc Finaud, seorang ahli proliferasi senjata di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa, mengatakan satelit itu juga terlindung dari gelombang elektromagnetik yang akan dihasilkan ledakan nuklir.

"Ini adalah skenario peringatan terakhir, jika pencegahan gagal," tambahnya.

Pada Maret lalu, Prancis memulai latihan militer pertamanya di luar angkasa untuk menguji kemampuannya mempertahankan satelitnya, menyebut latihan itu "yang pertama bagi tentara Prancis dan bahkan yang pertama di Eropa".

Pemerintah Prancis menuduh Rusia membawa satelit pengumpul intelijen Rusia Olymp-K, juga dikenal sebagai Louch, ke dekat satelit militer Prancis-Italia Athena-Fidus pada 2017, dalam apa yang disebut Menteri Pertahanan Florence Parly sebagai "tindakan spionase ".

Tahun lalu, Amerika Serikat mengklaim bahwa Rusia melakukan uji coba senjata anti-satelit non-destruktif dari luar angkasa.

Pada Maret, kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ada insiden serupa lainnya sejak itu, tetapi tidak memberikan rincian.

Investasi dalam program luar angkasa Prancis akan mencapai 4,3 miliar euro selama periode anggaran 2019-2025, meskipun itu adalah sebagian kecil dari jumlah yang dihabiskan oleh Amerika Serikat atau China.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Straits Times via AFP


TERBARU