> >

Penyelidik PBB: Anak-Anak dan Lansia di Korea Utara Terancam Kelaparan

Kompas dunia | 14 Oktober 2021, 08:57 WIB
Dalam file foto tanggal 28 Desember 2020 ini, staf Pyongyang Department Store No. 1 melakukan sanitasi toko untuk mencegah penyebaran virus corona sebelum dibuka di Pyongyang, Korea Utara. Pada Rabu, 13 Oktober 2021, penyelidik PBB melaporkan bahwa kebijakan selama masa pandemi telah membuat anak-anak dan lansia di Korea Utara terancam kelaparan. (Sumber: Associated Press)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Warga Korea Utara yang hidup di bawah pembatasan pandemi yang ketat, kini menghadapi krisis pangan.

Penyelidik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan hal ini dalam laporan yang dirilis Rabu (13/10/2021). Anak-anak dan orang lanjut usia merupakan kelompok yang paling berisiko terancam kelaparan.

Tomás Ojea Quintana mengatakan dalam laporannya kepada Majelis Umum PBB bahwa sektor pertanian Korea Utara menghadapi banyak tantangan karena penurunan impor pupuk dan barang-barang pertanian lainnya dari China.

Hal ini merupakan dampak dari sanksi PBB kepada Korea Utara dan wabah demam babi Afrika.

Dia mengatakan, pengetatan terkait pandemi yang terjadi sejak Januari 2020 telah membuat kesulitan ekonomi yang parah.

Langkah-langkah pandemi yang ketat sejak Januari 2020 telah mengakibatkan kesulitan ekonomi yang parah. Langkah-langkah terkait pandemi di antaranya adalah penutupan perbatasan dan pembatasan impor.

Baca Juga: Pembelot: Korea Utara Jualan Sabu-Sabu dan Senjata demi Dana Revolusi

Sebelum pandemi Covid-19, lebih dari 40 persen warga Korea Utara sebenarnya sudah berada dalam situasi tidak aman pangan.

Banyak warga Korea Utara yang menderita kekurangan gizi dan pertumbuhan terhambat. Kini setelah pandemi, jumlahnya semakin meningkat.

“Banyak pabrik dan tambang tutup karena kekurangan listrik, suku cadang mesin, dan bahan baku. Jumlah tunawisma dan anak jalanan meningkat dan masalah sosial seperti prostitusi, penggunaan narkoba, perdagangan narkoba, dan perampokan dilaporkan meningkat karena kekurangan ekonomi," kata Ojea Quintana.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Fadhilah

Sumber : Associated Press


TERBARU