> >

Ini Alasan Nama James Webb pada Teleskop Ruang Angkasa NASA Jadi Kontroversi hingga Minta Diganti

Kompas dunia | 4 Oktober 2021, 23:21 WIB
Teleskop ruang angkasa baru milik NASA akan diresmikan Desember 2021 bernama James Webb. Namun, nama tersebut justru menuai banyak kontroversi dan penolakan publik. (Sumber: Laura Betz/NASA via Assosiated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Teleskop ruang angkasa baru milik NASA akan diresmikan Desember 2021 bernama James Webb. Namun, nama tersebut justru menuai banyak kontroversi dan penolakan publik.

Perlu diketahui, teleskop luar angkasa baru itu digadang akan menjadi penerus Teleskop Luar Angkasa Hubble yang merupakan teleskop luar angkasa perintis NASA.

Teleskop baru NASA akan menemukan rumahnya di orbit matahari, tempat ia akan menghabiskan waktu bertahun-tahun memantau kosmos. Peluncuran ini sebenarnya terlambat 14 tahun dari jadwal yang direncakan di awal.

"Teleskop Luar Angkasa James Webb akan bertugas mencari cahaya dari galaksi-galaksi kuno, planet-planet ekstrasurya yang jauh, dan gas-gas yang mungkin menunjukkan adanya kehidupan di benda-benda langit lainnya," dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Senin (4/10/2021).

Lantas apa yang membuat nama James Webb untuk teleskop baru NASA ditolak?

Ternyata, penolakan tersebut berdasar pada rekam jejak James Webb selama menjadi tokoh berpengaruh di badan antariksa Amerika Serikat selama tahun 1960-an sampai 1970-an.

Baca Juga: 30 Tahun Beroperasi, Teleskop Hubble Alami Kendala Sejak Minggu Lalu

James Webb adalah administrator NASA selama "Lavender Scare" atau era yang melarang orang-orang homoseksual bekerja di badan-badan pemerintah Amerika Serikat.

Dalam petisi yang telah ditandatangani 1.200 orang disebutkan bahwa pada masa kepemimpinan James Webb, ada pemecatan karyawan NASA bernama Clifford Norton.

Diketahui, Norton dipecat karena tertangkap sedang melakukan "aktivitas gay". Bahkan, Norton sempat diinterogasi oleh polisi. Bahkan, ia juga sempat diinterogasi oleh NASA tentang aktivitas seksualnya.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV/nationalgeographic


TERBARU