> >

Italia Tak Akui Taliban sebagai Pemerintah Afghanistan, Tetapi Dukung Pemberian Bantuan Ekonomi

Kompas dunia | 27 September 2021, 13:34 WIB
Jajaran komandan kelompok Taliban beserta pengawal tampak di ruang kerja presiden Afghanistan. Kelompok Taliban telah sepenuhnya menguasai Kabul, ibukota Afghanistan, hari Minggu, 15 Agustus 2021. (Sumber: AP Photo/Zabi Karimi)

ROMA, KOMPAS.TV - Italia menegaskan tak mengakui Taliban sebagai pemerintah resmi dari Afghanistan.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio, Minggu (26/9/2021).

Meski begitu, Di Maio mendukung agar bantuan ekonomi kepada rakyat Afghanistan kembali dimulai.

Afghanistan dikabarkan mengalami kesulitan keuangan setelah bantuan finansial yang seharusnya mereka dapat dibekukan setelah Taliban merebut kekuasaan bulan lalu.

Baca Juga: Remaja Ini Tega Tembak Ibunya Sendiri, Gara-Gara Ponselnya Disita

Di Maio mendorong pemerintah asing untuk menghindarkan negara itu dari kejatuhan finansial, yang diyakini akan menghasilkan aliran imigran yang masif.

“Pengakuan Pemerintah Taliban sangat tak mungkin karena ada 17 teroris di antara menteri mereka, dan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk perempuan dan gadis-gadis terus dilanggar,” kata Di Maio kepada Rai 3 dikutip dari Al-Jazeera.

“Jelas sekali kami harus menghindarkan Afghanistan dari ledakan dan dari arus imigrasi yang tak terkendali, yang bisa mengacaukan negara-negara tetangga,” tambahnya.

Baca Juga: Bocah 5 Tahun Tulis Puisi Mengejutkan Mengenai Ayahnya, Ternyata Bikin Ibu Tertawa Histeris

Menurut Di Maio ada cara untuk menggaransi dukungan finansial tanpa memberikan uang kepada Taliban.

“Kita semua juga setuju bahwa bagian dari bantuan kemanusiaan harus ditujukan untuk perlindungan perempuan dan para gadis,” tuturnya.

AS sendiri melalui Departemen Keuangannya telah memberikan dua lisensi umum yang memperbolehkan untuk melakukan transaksi dengan Taliban dan jaringan Haqqani.

Namun, transaksi itu hanya bisa dilakukan untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU