> >

Sudah Tidak Ada Suara Musik dan Perdebatan di Udara Afghanistan, Hanya Kesunyian Tersisa

Kompas dunia | 31 Agustus 2021, 22:45 WIB
Program musik dan program politik, budaya dan berita yang tidak terkait dengan masalah agama, menghilang dari dunia publik Afghanistan. (Sumber: Straits Times)

Opera sabun dari Turki, program siaran panggilan di radio, dan pertunjukan bakat di televisi seperti 'Bintang Afghan' sebelumnya menjadi kegemaran masyarakat. Namun kini semua sunyi.

Petinggi Taliban banyak yang dibesarkan di madrasah dan mengalami tahun-tahun yang sulit akibat peperangan. Mereka menganggap perubahan itu sudah keliwatan, dianggap melampaui batas.

"Budaya kami telah teracuni, kami melihat pengaruh Rusia dan Amerika di mana saja bahkan pada makanan yang kami santap, sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat dan perlu diubah," kata seorang komandan Taliban.

"Ini mungkin perlu waktu tapi itu akan terjadi." kata komandan itu. 

Di seluruh negeri, perubahan juga jelas terlihat.

Meski petinggi Taliban berulang kali mengatakan pasukan mereka harus menghormati penduduk dan tidak sembarangan menghukum, banyak warga tidak percaya mereka mampu mengendalikan anggota-anggota yang ada di bawah.

Baca Juga: Dibunuh Taliban, Ini Sosok Fawad Andarabi Penyanyi Afghanistan

Sejumlah milisi Taliban berpatroli di wilayah Wazir Akbar Khan di Kabul, Afghanistan, Rabu (18/8/2021). Kini tak ada musik di seluruh Kota Jalalabad, orang ketakutan dan khawatir dipukul Taliban," kata Naseem, mantan pejabat di provinsi timur, Nangarhar. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul)

"Tak ada musik di seluruh Kota Jalalabad, orang ketakutan dan khawatir dipukul Taliban," kata Naseem, mantan pejabat di provinsi timur, Nangarhar.

Zarifullah Sahel, wartawan lokal di Provinsi Laghman dekat Kabul mengatakan, kepala komisi budaya lokal Taliban memberi tahu stasiun radio pemerintah dan enam stasiun radio swasta untuk menyesuaikan siaran mereka agar sejalan dengan hukum Syariat.

Sejak itu, program musik dan program berita, politik, dan budaya yang tidak berkaitan dengan masalah agama, telah dihentikan.

Namun, meskipun perintah formal belum dikeluarkan, pesannya sudah terbaca dengan jelas: era kebebasan telah berakhir dan akan lebih aman untuk tidak terlihat mencolok.

"Saya takut menjadi target Taliban kalau saya terlihat memakai jeans atau pakaian Barat," kata Mustafa Ali Rahman, mantan petugas pajak di Provinsi Lagman.

"Tak ada yang tahu apa yang mungkin akan mereka lakukan untuk menghukum kami," tutur seorang mantan aktivis sipil di kota utara, Mazar-i-Sharif, seraya mengatakan, toko dan restoran tampaknya sudah sepakat untuk mematikan radio.

"Tak ada peringatan soal musik, tapi kami sendirilah yang menghentikannya," kata dia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Straits Times


TERBARU