> >

Banyak Warga Kabul Meninggalkan Kota, Pemimpin Taliban: Sangat Disayangkan

Kompas dunia | 22 Agustus 2021, 19:17 WIB
Salah satu pimpinan Taliban Abdul Qahar Balkhi angkat bicara terkait masa depan pemerintahan di Afghanistan. (Sumber: Al Jazeera)

KABUL, KOMPAS.TV - Salah satu pimpinan Taliban Abdul Qahar Balkhi menyayangkan banyak warga Kabul yang berbondong-bondong meninggalkan kota usai kelompoknya kembali menguasai Afghanistan.

Taliban kembali berkuasa di Afghanistan setelah Presiden Ashraf Ghani pergi meninggalkan pemerintahannya pada 15 Agustus lalu.

Mengetahui kelompok bersenjata tersebut kembali menguasai negara, banyak pihak lantas bergegas untuk meninggalkan Afghanistan.

Pihak militer dari berbagai negara pun disibukkan mengevakuasi warga negara mereka termasuk warga lokal Afghanistan yang berada di Kabul.

Bahkan, saking banyaknya orang yang ingin bergegas pergi membuat Bandara Kabul sempat mengalami kericuhan dan menyebabkan beberapa korban tewas.

Terkait kondisi tersebut, Abdul Qahar Balkhi dari Komisi Kebudayaan Taliban memberikan tanggapannya.

Salah satu pimpinan Taliban itu menyayangkan banyaknya orang yang buru-buru meninggalkan Kabul.

Baca Juga: Pemimpin Taliban Angkat Bicara, Singgung Pemerintahan Baru dan Hak-Hak Perempuan di Afghanistan

"Sangat disayangkan orang-orang bergegas ke bandara seperti saat ini," kata Balkhi kepada Al Jazeera, Minggu (22/8/2021).

"Karena kami telah mengumumkan amnesti umum untuk semua orang di pasukan keamanan dari tingkat senior hingga junior. Ketakutan ini, histeria yang telah terjadi ini tidak berdasar," lanjutnya.

Mengenai insiden di Bandara Kabul, Balkhi mengatakan bahwa Taliban terus menjalin komunikasi dengan pihak keamanan Amerika Serikat yang berjaga di dalam.

"Kami sedang dalam pembicaraan dan kami memiliki hubungan, hubungan kerja, dengan Amerika tentang pengaturan keamanan," katanya.

"Pos pemeriksaan luar berada di bawah kendali kami, dan di dalam berada di bawah kendali pasukan AS, dan kami terus-menerus berhubungan satu sama lain."

Wajar banyak warga Afghanistan yang ingin segera pergi dari negara usai Taliban kembali berkuasa.

Trauma di masa lalu dengan kekejaman yang dilakukan Taliban membuat banyak orang yang tak ingin kembali merasakan hal tersebut.

Baca Juga: Menengok Kantor Perwakilan Taliban di Qatar yang Dapat Menentukan Masa Depan Afghanistan

Setelah kembali berkuasa kali ini, Taliban pun disebut masih melakukan berbagai kekerasan dengan memburu tokoh-tokoh pemerintah dan masyarakat sipil.

Namun, Balkhi membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa mereka tak pernah melakukan eksekusi kepada pihak yang bukan anggota Taliban.

Ia menegaskan, bahwa Taliban selalu memberi hukuman kepada kelompoknya sendiri terlebih dahulu agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat.

"Prioritas utama kami adalah disiplin dalam jajaran kami sendiri, dan tidak menegakkan hukum pada orang lain tetapi menegakkannya pada diri kami sendiri terlebih dahulu dan kemudian memberikannya contoh untuk diikuti oleh masyarakat lainnya."

"Jadi kami yang pertama dan anggota kami. Jika mereka terlibat dalam hal-hal seperti itu, (mereka) akan menjadi yang pertama diadili," tegasnya.

Terakhir, Balkhi juga berkomentar mengenai tuduhan teroris yang diarahkan kepada Taliban.

Baca Juga: Indonesia di Tengah Afghanistan dan Taliban, Tetap Jalin Hubungan Bilateral?

Balkhi mengatakan bahwa ia percaya banyak orang yang tidak menganggap kelompoknya sebagai teroris.

"Saya tidak berpikir orang percaya kami adalah teroris," jawabnya.

"Saya pikir itu hanya "perang melawan teror", itu istilah yang diciptakan oleh Amerika Serikat dan siapa pun (yang tidak) berada di garis, diberi label teroris," pungkasnya.  

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Al Jazeera


TERBARU