> >

Taliban Kembali Kuasai Afghanistan, Perdagangan Heroin di Eropa Diyakini Bakal Krisis

Kompas dunia | 21 Agustus 2021, 10:27 WIB
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara pada konferensi pers pertamanya, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 17 Agustus 2021. Selama bertahun-tahun, Mujahid adalah sosok bayangan yang mengeluarkan pernyataan atas nama Taliban. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul)

Negara itu menjadi tempat produksi lebih dari 80 persen heroin di seluruh dunia.

Vorobyov mengungkapkan, Taliban melarang penanaman opium dengan harapan meningkatkan citra mereka di mata dunia.

Namun, menurutnya, Afghanistan sangat membutuhkan pemasukan besar, sehingga keputusan Taliban itu akan menjadi bunuh diri secara ekonomi.

“Taliban harus berpikir panjang dan keras apakah mereka benar-benar ingin mengasingkan kaum miskin, petani pedesaan yang selama ini Taliban klaim bertindak atas nama mereka,” tulisnya.

Baca Juga: Jadi Buruan Taliban dan Ditolak Inggris, Penerjemah Afghanistan: Saya akan Dibunuh

Ia pun menambahkan bahwa larangan baru itu akan menciptakan “efek balon” di mana daerah lain akan berebut untuk mendapatkan pasar yang menguntungkan itu.

“Jika ladang opium hilang dari Afghanistan, pemakai masih membutuhkan obat mereka,” tulus Vorobyov.

“Sulit dikatakan dari mana mereka akan mendapatkannya, tetapi Myanmar (bekas pemimpin produksi heroin di 1980-an), telah menghadapi kudeta militer, sedangkan Lembah Bekaa, Lebanon memiliki keuntungan karena dekat dengan Eropa, dan sudah menjadi eksportir utama dari hash,” tambahnya.

Selain itu, kondisi ini membuat popularitas dari opioid buatan, fentanyl, yang berbahaya akan mendominasi pasar jika tak ada lagi pilihan.

Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah

Sumber : Daily Star


TERBARU