> >

Meski Kasus Covid-19 Tokyo Meroket Selama Olimpiade, PM Suga Bilang Tak Perlu Menangguhkan Olimpiade

Kompas dunia | 28 Juli 2021, 12:34 WIB
Mengenakan masker sebagai perlindungan diri terhadap virus corona, warga melintasi jalan di Tokyo, Jepang, Selasa (27/7/2021). (Sumber: AP Photo/Koji Sasahara)

TOKYO, KOMPAS.TV – Hampir sepekan setelah Olimpiade Tokyo dibuka pada Jumat (23/7/2021) lalu, kasus Covid-19 dilaporkan meroket. Perdana Menteri Yoshihide Suga mendesak warga untuk menghindari pergi keluar untuk kepentingan yang tak mendesak. Namun, kata sang perdana menteri,  tak perlu mempertimbangkan penangguhan Olimpiade.

Melansir Associated Press, pada Selasa (27/7/2021), Tokyo mencatat 2.848 kasus Covid-19 baru. Angka ini melampaui rekor kasus harian sebelumnya, yang tercatat mencapai 2.520 kasus pada 7 Januari lalu. Hingga, jumlah total kasus Covid-19 di Tokyo sejak pandemi menjadi lebih dari 200.000 kasus.

Tokyo kini berada dalam Status Keadaan Darurat yang ke-4, yang akan berlaku selama Olimpiade hingga sebelum Paralimpiade dimulai pada akhir Agustus.

Para ahli telah memperingatkan bahwa varian Delta yang lebih menular akan menyebabkan lonjakan kasus selama Olimpiade..

Baca Juga: Ada Toilet Unik Berbentuk Jamur di Jepang, Ternyata Karya Arsitek Peraih Penghargaan Pritzker

Namun, angka kasus dan kematian akibat Covid-19 di Jepang tetap lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Secara nasional, Jepang mencatat sebanyak 5.020 kasus harian pada Senin (26/7/2021), hingga total keseluruhan kasus nasional menjadi 870.445 dengan 15.129 kematian. Menurut data dari Universitas John Hopkins, Jepang mencatat rata-rata kasus 3,57 per 100.000 orang,  sementara India 2,76; Amerika Serikat 17,3 dan Inggris 53,1.

Namun, saat ditanya apakah dirinya mempertimbangkan opsi untuk menangguhkan Olimpiade, Suga menjawab, “Tak perlu khawatir soal itu.” Suga menambahkan, pergerakan orang-orang jauh berkurang sejak Olimpiade dimulai karena adanya kontrol lalu lintas dan permintaan pemerintah agar warga bekerja dari rumah.

Suga juga kembali mendesak agar warga menghindari pergi keluar rumah untuk kepentingan yang tak mendesak. “Tolong menonton Olimpiade dari televisi di rumah,” pintanya.

Pemerintah Suga menuai kritik dari sejumlah pihak yang menilai bahwa ia memprioritaskan Olimpiade daripada kesehatan masyarakatnya. Survei media baru-baru ini mencatat, dukungan publik pada Suga telah menurun sekitar 30 persen.

Baca Juga: Seniman Jepang Ciptakan Karakter Samurai Negara Peserta Olimpiade, Ada Maharudika dari Indonesia

Saat disinggung tentang lonjakan kasus Covid-19, Menteri Kesehatan Norihisa Tamura mengaku tak kaget. “Mempertimbangkan percepatan infeksi global karena varian Delta, yang mendominasi varian sebelumnya, itu sangat dimungkinkan,” ujarnya.

Kemungkinan penyebabnya, kata Tamura, lantaran bar dan restoran masih menyediakan alkohol, kendati ada larangan untuk itu di bawah Status Keadaan Darurat, dan bukan Olimpiade.

Namun, lonjakan kasus yang terus terjadi kendati pemberlakuan Status Keadaan Darurat selama dua pekan – yang berfokus memperpendek jam operasional restoran dan larangan alkohol --, menandakan bahwa aturan itu tak efektif. Hal ini diungkap Kazuhiro Tateda, ahli penyakit menular Universitas Toho yang berada dalam jajaran pemerintahan.

“Dengan adanya Olimpiade dan liburan musim panas yang mendorong pergerakan orang, kasus infeksi dapat melonjak lagi dalam beberapa minggu mendatang,” kata Tateda pada televisi publik NHK.

Baca Juga: Perjuangan Perenang Bintang Jepang Sembuh dari Leukemia hingga Berlaga di Olimpiade Tokyo 2020

Para ahli mencatat bahwa kenaikan tajam kasus Covid-19 terjadi di kalangan warga berusia muda yang belum divaksinasi. Plus, program vaksinasi Jepang terancam lantaran ketidakpastian pasokan vaksin. Banyak kasus serius melanda warga berusia 50-an tahun. Mereka kini mendominasi hampir 3.000 pasien Covid-19 di rumah sakit. Angka keterisian rumah sakit pun perlahan meningkat, dan pihak berwenang berencana meminta institus medis menambah kapasitas menjadi sekitar 6.000 tempat tidur bagi pasien Covid-19.  

Gubernur Yokyo Yuriko Koike mengatakan, tingkat vaksinasi warga lansia kini lebih dari 60 persen dan hanya menyumbang 2 persen dari kasus baru. “Sangat krusial untuk segera memvaksinasi orang-orang muda,” tekannya.

Program vaksinasi Jepang dimulai terlambat dan berjalan lamban. Namun, pada Mei, vaksinasi meningkat secara dramatis selama beberapa pekan seiring stabilnya pasokan vaksin impor. Pemerintah juga gencar memvaksin lebih banyak orang sebelum Olimpiade.

Menurut pemerintah, sebanyak 25,5 persen warga Jepang telah divaksin secara lengkap. Namun, jumlah ini masih terbilang di bawah tingkat yang diyakini mampu memberi dampak berarti dalam mengurangi risiko bagi populasi umum.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Purwanto

Sumber : Associated Press/NHK


TERBARU