> >

Presiden Terpilih Iran Tak Akan Biarkan Negosiasi Kesepakatan Nuklir Berlarut-Larut

Kompas dunia | 22 Juni 2021, 11:33 WIB
Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden baru Iran, Sabtu (19/6/2021). (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)

TEHERAN, KOMPAS.TV – Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menyambut baik negosiasi dengan kekuatan dunia yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015. Namun, Raisi menyatakan, mereka harus menjamin kepentingan-kepentingan nasional Iran.

Dalam konferensi pers pertamanya pada Senin (21/6/2021) sejak kemenangannya dalam pemilihan pada Jumat lalu (18/6/2021), Raisi berjanji tidak akan membiarkan pembicaraan negosiasi di Wina, Austria itu berlangsung berlarut-larut.

Melansir BBC, Raisi juga bersikeras, program rudal balistik Iran “tidak bisa dinegosiasikan”.

Kesepakatan nuklir itu hampir runtuh setelah Amerika Serikat (AS) mengabaikannya dan memberlakukan kembali sanksi tiga tahun lalu.

Baca Juga: Iran Bisa Buat Bom Nuklir dalam Hitungan Pekan, Perjanjian Nuklir Iran di Ujung Tanduk

Raisi, sosok ulama muslim Syiah garis keras yang menjadi kepala kehakiman Iran dan dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, memenangkan pemilihan presiden Iran pada Jumat lalu dengan telak, dengan 62% suara pada putaran pertama. Namun, jumlah pemilih hanya di bawah 49%, rekor terendah dalam pemilihan presiden di negara itu sejak Revolusi Islam tahun 1979. Pemilihan juga diwarnai oleh seruan boikot dari pihak lawan dan reformis menyusul diskualifikasi beberapa kandidat yang potensial menjadi saingan berat Raisi.

Pada Senin (21/6/2021), Raisi menggambarkan partisipasi rakyat Iran dalam pemilihan presiden sebagai pesan “persatuan dan kesatuan”, dan tanda bahwa mereka tetap bersetia pada jalan pendiri Republik Islam itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Baca Juga: Perjanjian dengan Iran Berakhir, IAEA Tak Bisa Lagi Pantau Fasilitas Nuklir Iran

Raisi juga mengatakan, para pemilih telah memberinya mandat untuk “melawan korupsi, kemiskinan dan diskriminasi”, yang ditudingnya gagal dilakukan oleh pendahulunya dari kalangan moderat, Presiden Hassan Rouhani.

Pendekatannya pada kebijakan luar negeri, kata Raisi, tak terbatas pada kesepakatan nuklir yang dinegosiasikan oleh Rouhani. Sebelumnya, di bawah Rouhani, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan balasan pencabutan sanksi terhadap Iran.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU