> >

Jutaan Rakyat Myanmar Terancam Kelaparan di Tengah Krisis yang Makin Parah

Kompas dunia | 22 April 2021, 16:37 WIB
Penduduk desa etnis Karen yang mengungsi dari desa Day Pu Noh Myanmar terlihat di lokasi yang tidak diketahui di negara bagian Karen, setelah melarikan diri dari serangan udara tentara Myanmar 27 Maret 2021 dalam gambar yang diperoleh dari media sosial (Sumber: Free Burma Rangers)

NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Belum lepas dari koflik akibat kudeta militer, kini jutaan rakyat Myanmar mesti menyiapkan diri terhadap potensi kelaparan yang akan melanda negaranya.

Kewaspadaan akan rawannya bahan pangan di Myanmar ini seakan menysul krisis ekonomi yang tak berkesudahan semenjak junta militer mengambil alih kekuasaan.

Baca Juga: Uni Eropa Perluas Sanksi Atas Junta Militer Myanmar Menjelang KTT ASEAN

Mengutip dari Kompas.com, Kamis (22/4/2021), sebuah laporan yang disampaikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ada sekitar 3,4 juta penduduk Myanmar terdampak krisis kelaparan.

Diprediksi, selama tiga hingga enam bulan ke depan, mereka akan kesulitan mendapatkan makanan.

Terutama yang berada di daerah perkotaan, di mana banyak lapangan perkerjaan di bidang manufaktur, konstruksi, dan jasa akan menghilang.

Baca Juga: Sekjen PBB Desak Para Pemimpin Negara ASEAN: Tingkatkan Upaya Cari Solusi Damai di Krisis Myanmar

"Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan," kata Direktur WFP di Myanmar, Stephen Anderson.

"Respons bersama diperlukan sekarang untuk meringankan penderitaan segera, dan untuk mencegah kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam keamanan pangan," sambung Anderson.

WFP menambahkan, harga beras dan minyak goreng di pasaran telah naik masing-masing sebesar lima persen dan 18 persen sejak akhir Februari.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri Buka Suara Soal Kunjungan Pimpinan Junta Militer Myanmar ke Jakarta

Di Yangon banyak keluarga yang tak jarang melewatkan waktu makan, makan makanan yang kurang bergizi, dan berutang.

Oleh sebabitu, WFP pun berencana memperluas operasinya di Myanmar hingga tiga kali lipat, supaya jumlah orang yang dapat dibantu bisa meningkat menjadi 3,3 juta jiwa.

Krisis yang terjadi Myanmar semakin parah semenjak banyak bank yang macet operasionalnya dan akhirnya menutup kantor-kantor cabangnya.

Baca Juga: Tak Undang NUG, ASEAN Dianggap Belum Menjangkau Aspirasi Masyarakat Myanmar

Dampaknya, roda bisnis tak berputar, menghabat proses pembayaran, dan pelanggan tidak dapat menarik uang tunai.

Hingga banyak orang Myanmar kemudian menggantungkan keberlanjutan hidupnya pada kiriman uang dari kerabatnya yang ada di luar negeri.

Selain itu, sebagian besar kegiatan impor dan ekspor pun telah dihentikan dan pabrik-pabrik ditutup.

Baca Juga: Tembak 2 Warga Sipil, Pasukan Junta Myanmar juga Bobol Kotak Amal Masjid

Bank Dunia memperkirakan, PDB Myanmar akan berkontraksi 10 persen pada 2021, kebalikan dari tren yang sebelumnya positif.

Sebelum kudeta militer, WFP melaporkan bahwa sekitar 2,8 juta orang di Myanmar dianggap rawan pangan.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU