> >

Sudah Lebih 700 Rakyat Myanmar Dibunuh Aparat Keamanannya Sendiri Sejak Kudeta 1 Februari Lalu

Kompas dunia | 11 April 2021, 16:55 WIB
Hingga hari Sabtu, (10/04/2021) sudah lebih dari 700 rakyat Myanmar tewas dibunuh aparat keamanannya sendiri dalam operasi junta militer yang mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan sipil 1 Februari lalu, seperti dilansir Straits Times, Minggu, (11/04/2021). (Sumber: AP Photo)

Di Yangon, pengunjuk rasa membawa spanduk yang bertuliskan, "Kami akan mendapatkan kemenangan, kami akan menang."

Para pengunjuk rasa di sana, serta di kota Monywa, menulis pesan politik di daun termasuk "Kita harus menang" dan menyerukan intervensi PBB untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

Di seluruh negeri orang telah didesak untuk berpartisipasi dalam protes obor di lingkungan mereka setelah matahari terbenam pada Minggu malam.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tangkap Aktor Tampan Penentang Kudeta

Jenazah seorang pria yang tewas dalam protes anti-kudeta dibawa ke rumah sakit di kotapraja Latha, Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. (Sumber: AP Photo)

Hukuman Mati Kembali Diberlakukan

Kerusuhan juga meletus hari Sabtu di kota Tamu barat laut, dekat perbatasan India, saat pengunjuk rasa melawan ketika tentara mencoba merobohkan barikade darurat yang didirikan untuk memblokir pasukan keamanan.

Dua warga sipil tewas ketika tentara mulai menembak secara acak, kata seorang penduduk setempat, dengan pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan bom yang meledak dan menjungkirbalikkan sebuah truk militer, menewaskan lebih dari selusin tentara.

"Beberapa bersembunyi, kami khawatir orang-orang kami akan terluka sebagai pembalasan," kata penduduk itu kepada AFP.

Pertumpahan darah yang meningkat juga membuat marah beberapa dari 20 atau lebih kelompok etnis bersenjata Myanmar, yang menguasai sebagian besar wilayah di wilayah perbatasan.

Ada bentrokan hari Sabtu di negara bagian Shan utara, ketika Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), sebuah kelompok pemberontak etnis, melancarkan serangan menjelang fajar di sebuah kantor polisi, kata Brigjen TNLA Tar Bhone Kyaw, yang menolak memberikan detailnya.

Baca Juga: Bantah Tuduhan Bunuhi Anak-Anak, Junta Militer Myanmar Malah Salahkan Demonstran

Dua orang demonstran tampak sedang mengetes senjata buatan mereka untuk membalas serangan pasukan keamanan di Yangon, Myanmar, Rabu (17/3/2021). (Sumber: AP Photo)

Media lokal melaporkan lebih dari selusin petugas polisi tewas, sementara TNLA mengatakan militer membalas dengan serangan udara terhadap pasukannya, menewaskan sedikitnya satu tentara pemberontak.

Televisi pemerintah melaporkan pada malam hari bahwa kelompok bersenjata teroris menyerang kantor polisi dengan persenjataan berat dan membakarnya.

Sementara itu, media pemerintah melaporkan pada hari Jumat 19 orang telah dijatuhi hukuman mati karena perampokan dan pembunuhan oleh pengadilan militer, dengan 17 di antaranya diadili secara in absentia.

Mereka ditangkap di kotapraja Okkalapa Utara Yangon, salah satu dari enam daerah di pusat perdagangan yang saat ini berada di bawah darurat militer, yang berarti siapa pun yang ditangkap di sana akan diadili oleh pengadilan militer.

Myanmar telah lama menerapkan hukuman mati, tetapi tidak melaksanakan eksekusi mati selama lebih dari 30 tahun, kata Phil Robertson, wakil direktur divisi Asia untuk Human Rights Watch.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU