> >

Presiden Serbia Memilih Divaksin Dengan Vaksin Buatan China

Kompas dunia | 7 April 2021, 15:00 WIB
Presiden Serbia Aleksandar Vucic menerima dosis pertama vaksin Sinopharm buatan China di Desa Rudna Glava, Serbia, Selasa 6 April 2021. (Sumber: Serbian Presidential Press Service via AP)

BEOGRAD, KOMPAS.TV - Presiden Serbia Aleksandar Vucic memilih divaksin dengan menggunakan vaksin Sinopharm buatan China. Proses vaksinasi terhadap dirinya disiarkan langsung oleh televisi, dengan harapan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk ikut divaksin.

Dia memilih untuk disuntik dengan vaksin Sinopharm, setelah beberapa ahli menyarankan untuk mendapatkan tiga dosis suntikan vaksin tersebut.

Para ahli di Serbia berpedapat, dosis ketiga dari vaksin China mungkin diperlukan, karena dua dosis tampaknya tidak menghasilkan perlindungan yang cukup.

Baca Juga: Ribuan Warga Negara Tetangga Serbu Serbia Demi Vaksin Astrazeneca Gratis

“Saya menerima vaksin, dan saya merasa luar biasa,” kata Vucic di halaman Instagram-nya. “Terima kasih, petugas kesehatan kami yang hebat. Terima kasih saudara-saudara Tionghoa kami," ujarnya, Selasa (6/4/2021).

Vucic merupakan Presiden Serbia yang populis. Namun dia jarang memakai masker pelindung selama tampil di depan umum. Selama berbulan-bulan sebelumnya dia berjanji akan disuntik vaksin, tetapi selalu menemukan alasan berbeda untuk menunda vaksinasi.

Penundaan tersebut memicu spekulasi di media sosial bahwa Vucic takut dengan jarum suntik. Ada juga spekulasi lain yang menyebutkan bahwa dia tidak mempercayai vaksin. Ada juga yang berasumsi dia telah divaksinasi secara diam-diam beberapa bulan yang lalu.

Serbia memiliki salah satu tingkat vaksinasi Covid-19 tertinggi di Eropa, terutama berkat pembelian besar-besaran untuk vaksin Sinopharm. Negara Balkan ini juga menggunakan vaksin Sputnik V Rusia dan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca.

Sejauh ini, sekitar 1,5 juta dari 7 juta orang Serbia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, tetapi negara itu baru-baru ini mengalami penurunan jumlah penduduk yang mendaftar untuk divaksin.

Serbia adalah negara Eropa pertama yang menyetujui dan mulai menggunakan vaksin Sinopharm dan Sputnik V. Regulator obat Uni Eropa hingga kini belum mengizinkan penggunaan vaksin tersebut.

Baca Juga: Serbia Resmikan Jalur Pipa Gas Rusia Abaikan Oposisi Amerika Serikat

Ribuan pencari vaksin dari negara tetangga berbondong-bondong ke Beograd pada bulan lalu, setelah pihak berwenang menawarkan suntikan gratis kepada semua orang, termasuk untuk warga negara asing.

Semua pendatang mendapatkan vaksin AstraZeneca yang berisiko terbuang percuma karena tanggal kedaluwarsa sudah dekat. Hanya sedikit warga Serbia yang memilih untuk menggunakan vaksin AstraZeneca.

Serbia telah melaporkan sekitar 5.500 kematian terkait virus dalam pandemi. Kasus dan kematian yang dikonfirmasi setiap hari hingga saat ini masih tinggi, meskipun telah dilakukan vaksinasi massal.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU