> >

Badan Obat-obatan Eropa: Manfaat Vaksin AstraZeneca Lebih Besar Ketimbang Risikonya

Kompas dunia | 17 Maret 2021, 01:39 WIB
Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. (Sumber: AP Photo)

BRUSSELS, KOMPAS.TV – Badan Obat-obatan Eropa (EMA) bersikukuh, tak ada indikasi yang menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca telah menyebabkan pembekuan darah. Hal ini diungkapkan EMA pada Selasa (16/3/2021) seiring pemerintahan negara-negara di dunia menghadapi dilema: tetap melanjutkan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca untuk menyelamatkan banyak nyawa, atau menangguhkan penggunaannya lantaran adanya laporan sejumlah kasus pembekuan darah.

Associated Press melaporkan pada Selasa (16/3/2021), EMA mendesak pemerintahan negara-negara dunia untuk tidak menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca saat pandemi masih berkecamuk.

“Kami masih sangat yakin bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah Covid-19 lebih besar ketimbang efek sampingnya,” ujar kepala EMA, Emer Cooke.

Baca Juga: Selain Indonesia, Ini 16 Negara yang Turut Menangguhkan Vaksin AstraZeneca

Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa penangguhan vaksinasi terhadap mereka yang rentan terpapar Covid-19 selama beberapa hari akan jauh lebih berbahaya ketimbang dampak fenomena langka pembekuan darah itu.

Namun, sejumlah negara memutuskan menunda vaksinasi menggunakan vaksin buatan perusahaan Inggris-Swedia itu dan memilih menunggu hasil tinjauan EMA yang dijanjikan keluar pada Kamis mendatang (18/3/2021).

Swedia merupakan negara teranyar yang juga memilih menunda vaksinasi, memilih langkah hati-hati ketimbang kecepatan, meskipun Cooke berkeras, “Pada saat ini, tak ada indikasi bahwa vaksinasi telah menyebabkan kondisi seperti ini.”

Baca Juga: Swedia Hentikan Sementara Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell mengatakan, “Risiko penggunaan vaksin AstraZeneca, jikapun ada, sangat jarang. Namun pihak berwenang Swedia merasa harus menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah menerima lebih banyak laporan kasus pembekuan darah.”

Vaksin AstraZeneca berjuang untuk meraih kepercayaan publik setelah tersandung masalah pelaporan data dan kekhawatiran terkait efektivitasnya pada kaum lansia. Debat saat ini terkait laporan adanya kasus pembekuan darah, dapat mengikis kepercayaan  pada vaksin ini.

“Kami khawatir, akan ada efek terhadap kepercayaan pada vaksin ini. Namun, tugas kami adalah memastikan bahwa produk yang kami otorisasi, aman,” kata Cooke.

Sang kepala EMA menambahkan, ribuan orang di seluruh Uni Eropa mengalami pembekuan darah setiap tahun karena berbagai alasan dan tidak ada laporan peningkatan insiden pembekuan ini dalam studi medis vaksin AstraZeneca. Namun tetap saja, para ahli akan melakukan analisa ketat dan membuat rekomendasi pada Kamis mendatang.

Baca Juga: Thailand Putuskan Vaksin AstraZeneca Aman, Perdana Menteri Prayut dan Pejabat Jalani Vaksinasi

Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menunda penggunaan vaksin AstraZeneca, tapi kemudian menarik keputusannya pada Selasa (16/3/2021) dengan memvaksin Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha.

Dalam foto yang dirilis Kantor Juru Bicara Pemerintah, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, kiri depan, menerima suntikan vaksin AstraZeneca COVID-19 di rumah pemerintah di Bangkok, Thailand, Selasa, 16 Maret 2021. (Sumber: Government Spokesman Office via AP)

“Ada orang-orang yang khawatir,” ujar Prayuth Chan-o-cha seusai divaksin. “Tapi kita harus yakin pada para dokter, yakin pada para profesional medis kita."

Sejumlah negara Asia lain juga memilih tak mengindahkan kekhawatiran ini. Namun, Indonesia yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca pekan ini dan memilih menunggu laporan Badan Kesehatan Dunia WHO.  

Selain EMA, AstraZeneca dan WHO juga menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa vaksin AstraZeneca meningkatkan risiko pembekuan darah. Terdapat 37 laporan tentang kasus pembekuan darah di antara lebih dari 17 juta warga yang telah menerima suntikan vaksin itu di seluruh Uni Eropa dan Inggris.

“Ini jauh lebih rendah daripada yang diharapkan terjadi secara alami pada populasi umum sebesar ini dan serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lainnya,” kata perusahaan pembuat vaksin AstraZeneca.

Baca Juga: Antisipasi Pembekuan Darah, Irlandia Tangguhkan Sementara Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Namun, sejumlah negara Uni Eropa yang semula berpegang pada vaksin AstraZeneca, tumbang berguguran setelah Jerman, Italia, Prancis dan Spanyol memutuskan menunda vaksin itu.

Kini hanya tinggal Belgia – dan sejumlah negara seperti Polandia, Rumania dan Yunani – yang yakin bahwa menghentikan vaksinasi justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar ketimbang efek samping yang ramai diperdebatkan.

“Jika Anda tahu bagaimana virus ini bekerja, akan sangat ceroboh untuk menghentikan vaksinasi,” ujar Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke pada Selasa (16/3/2021).

Para ahli mencatat bahwa kekhawatiran semacam ini tak terhindarkan dalam vaksinasi massal: dengan banyaknya orang yang divaksin, beberapa orang pasti akan jatuh sakit meskipun bukan karena vaksinnya. Ini berarti, kata Vandenbroucke, “Kita tidak boleh menginterupsi vaksinasi dalam bulan-bulan mendatang.”

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU