Uni Eropa Rekomendasikan Vaksin Ke-4, Vaksin Johnson & Johnson Yang Hanya Butuh Sekali Suntikan
Kompas dunia | 12 Maret 2021, 00:01 WIBAMSTERDAM, KOMPAS.TV – Badan Obat-obatan Eropa (EMA) memberikan lampu hijau pada vaksin Covid-19 sekali dosis Johnson & Johnson (J&J) pada Kamis (11/3/2021). Keputusan ini membuat 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa memiliki vaksin ke-4 untuk mempercepat program vaksinasi demi melawan Covid-19.
Setelah melakukan evaluasi menyeluruh dan menemukan bahwa vaksin J&J memenuhi kriteria kemanjuran, keamanan dan kualitas, regulator obat-obatan Uni Eropa itu menyarankan agar vaksin ini digunakan bagi semua orang yang berusia di atas 18 tahun
Baca Juga: Amerika Serikat Pesan 100 juta Dosis Tambahan Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
“Dengan opini positif terbaru ini, pihak berwenang di seluruh Uni Eropa akan punya opsi lain untuk memerangi pandemi dan melindungi hidup dan kesehatan warganya,” ujar Emer Cooke, Direktur Eksekutif EMA seperti dikutip dari Associated Press.
Sebelumnya, EMA telah merekomendasikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca. Namun, ketiga vaksin ini membutuhkan dua dosis suntikan yang dilakukan dengan jarak beberapa minggu. Penundaan produksi juga melanda ketiga produsen vaksin tersebut.
EMA menyatakan bahwa vaksin J&J memiliki efektivitas 67%. Sebagian besar efek samping biasanya ringan hingga sedang, dan akan hilang dalam beberapa hari usai vaksinasi. Efek samping yang paling umum adalah nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot dan mual.
Baca Juga: Vaksin Johnson & Johnson Sekali Suntik Mulai Digunakan di AS Minggu Ini
FDA, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (AS), telah menyatakan penggunaan darurat vaksin J&J pada akhir Februari lalu. Para pakar kesehatan berharap, vaksin sekali suntik ini akan mempercepat upaya imunisasi dunia melawan Covid-19, terutama mengingat adanya lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian baru virus corona.
Uni Eropa kini tengah berjuang segera mengimunisasi warganya yang rentan terpapar Covid-19. Peringkat imunisasi masih berada jauh di belakang Israel, Inggris, Chile dan AS.
J&J menyatakan telah berkomitmen untuk menyediakan sebanyak 200 juta dosis vaksin yang telah dipesan oleh Uni Eropa mulai kuartal kedua tahun ini. Uni Eropa juga dapat membeli lebih banyak vaksin di kemudian hari.
Baca Juga: Vaksin Johnson & Johnson Terbukti Dapat Mencegah Covid-19 Hanya Dengan Satu Suntikan
Eropa mencatat 1 juta kasus Covid-19 baru pekan lalu. Jumlah ini meningkat 9% dari pekan sebelumnya. Badan Kesehatan Dunia WHO menuding, kenaikan ini terutama terjadi karena adanya sejumlah varian virus baru, termasuk varian yang pertama kali teridentifikasi di Inggris dan 50% lebih menular.
Sebuah studi besar-besaran di 3 benua menemukan bahwa vaksin J&J 85% efektif dalam mencegah terjadinya penyakit parah, rawat inap dan kematian. Perlindungan yang diberikan vaksin ini tetap kuat bahkan di negara seperti Afrika Selatan, yang varian virusnya kurang rentan terhadap vaksin lain, termasuk vaksin buatan AstraZeneca.
Vaksin J&J dapat disimpan dalam suhu kulkas normal, sama seperti vaksin AstraZeneca, hingga lebih mudah digunakan ketimbang vaksin buatan Pfizer dan Moderna yang membutuhkan penyimpanan pada suhu super dingin.
Baca Juga: Pfizer-BioNTech Uji Kemanan Vaksinnya Pada Perempuan Hamil
Vaksin J&J menggunakan virus dingin seperti virus kuda Troya untuk membawa gen virus corona ke dalam tubuh, dan sel-sel akan menyalin protein yang tidak berbahaya untuk memperkuat sistem kekebalan jika virus yang sebenarnya datang. Teknologi pembuatan vaksin ini sama dengan yang digunakan untuk membuat vaksin Ebola dan serupa dengan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan CanSino Biologics dari China.
J&J juga tengah mengupayakan pengesahan penggunaan darurat di Inggris dan oleh WHO. Tahun ini, J&J berharap dapat memproduksi vaksin sebanyak 1 milyar dosis. Penggunaan vaksin J&J juga sudah disetujui di Bahrain dan Kanada.
J&J juga telah mengalami penundaan produksi di AS dan Eropa. Namun, baru-baru ini J&J telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan farmasi rivalnya untuk membantu memproduksi vaksin J&J. Pada Februari lalu, Sanofi Pasteur menyatakan sanggup memproduksi 12 juta dosis vaksin J&J di salah satu pabriknya di Prancis jika vaksin ini sudah disahkan oleh EMA.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV