> >

Paus Fransiskus Serukan Toleransi dan Persaudaraan Antara Umat Kristen dan Muslim di Irak

Kompas dunia | 6 Maret 2021, 00:30 WIB
Paus Fransiskus berjabat tangan dengan Presiden Irak Barham Salih di Istana Kepresidenan Irak di Baghdad, Irak, Jumat (5/3). (Sumber: AP Photo / Andrew Medichini)

BAGHDAD, KOMPAS.TV – Paus Fransiskus (84) menyerukan pada rakyat Irak agar memperlakukan saudara Kristen mereka sebagai sumber daya berharga untuk dilindungi, dan bukan sebagai hambatan yang harus dihilangkan. Seruan ini diungkapkan Paus Fransiskus saat ia mengunjungi Irak pada Jumat (5/3) demi toleransi dan persaudaraan antara kaum Kristen dan Muslim.

Paus Fransiskus mengesampingkan pandemi Covid-19 dan kekhawatiran situasi keamanan demi melanjutkan aktivitas kepausan di seluruh dunia setelah setahun absen dalam lockdown di Kota Vatikan. Tujuan utama kunjungannya adalah untuk mendorong segelintir warga Kristen – yang secara kejam dipersekusi oleh kelompok teroris ISIS dan masih menghadapi diskriminasi oleh kaum mayoritas Syiah – untuk tetap tinggal dan membantu membangun kembali negara yang hancur oleh perang dan perselisihan itu.

“Hanya jika kita melihat di balik perbedaan kita dan melihat satu sama lain sebagai sesama keluarga manusia, kita bisa memulai proses efektif membangun kembali dan meninggalkan dunia yang lebih baik, lebih adil dan lebih manusiawi bagi generasi masa depan,” ujar Paus Fransiskus dalam pidato sambutannya seperti dikutip dari Associated Press.

Baca Juga: Bersejarah, Paus Fransiskus Akan Temui Ulama Syiah Irak: Saya Minta Doa Anda untuk Iringi Perjalanan

Selama berada dalam penerbangan dari Roma menuju Irak, Paus Fransiskus mengenakan masker dan selama kunjungan protokolernya, begitu pula dengan sang tuan rumah. Namun, dalam beberapa kesempatan, protokol kesehatan tampak longgar saat kedua pemimpin duduk untuk berbicara, saat berada di bandara maupun di jalanan di Baghdad.

Paus Fransiskus yang gemar berbaur dengan kerumunan dan bepergian dengan mobil terbuka, berkeliling kota Baghdad dalam sebuah mobil BMWi750 lapis baja hitam, diiringi barisan polisi bersepeda motor dengan raungan sirene. Diyakini, ini merupakan kali pertama sang Paus menggunakan mobil anti peluru.

“Ini merupakan perjalanan simbolik,” ujar Paus Fransiskus pada para wartawan di dalam pesawat kepausan. “Ini juga sebuah tugas pada sebuah tanah yang tersiksa selama bertahun-tahun.”

Baca Juga: Dokter Pribadi Paus Fransiskus Meninggal Karena Covid-19

Rakyat Irak tampak menyambut positif kedatangan Paus Fransiskus diiringi perhatian dunia internasional. Pemerintah Irak pun tampak antusias memamerkan kondisi keamanan yang telah dicapai usai perang bertahun-tahun dan kemenangan mereka terhadap pemberontak ISIS.

“Kunjungan ini sangat penting bagi kami dan memberikan perspektif yang bagus akan Irak karena seluruh dunia menyaksikan ini,” ujar Tahsin Al-Khafaji, juru bicara operasi gabungan Irak.

Di bandara internasional Baghdad, Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi menyambut Paus Fransiskus.

Acara utama Paus Fransiskus diawali dengan kunjungan kehormatan ke Presiden Irak Barham Salih di istana kepresidenan di Baghdad yang terletak di Zona Hijau yang dijaga ketat. Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus menyatakan agar umat Kristen dan minoritas lain jangan dianggap sebagai warga kelas dunia di Irak, namun juga berhak atas perlindungan dan hak yang sama selayaknya kaum mayoritas muslim Syiah.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Paus Fransiskus Doakan dan Ungkap Solidaritasnya untuk Rakyat Myanmar

“Keragaman agama, budaya dan etnis yang telah menjadi ciri khas masyarakat Irak selama ribuan tahun merupakan sumber daya berharga, bukan hambatan yang harus dimusnahkan,” kata Paus Fransiskus. “Irak hari ini dipanggil untuk menunjukkan pada semua orang, terutama di Timur Tengah, bahwa keragaman, alih-alih memicu konflik, harus mengarah pada kerja sama harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.”

Warga Kristen merupakan kaum minoritas di Irak, jumlahnya sekitar 1,4 juta jiwa. Namun, jumlah mereka menyusut setelah invasi AS pada 2003 mengusir Saddam Hussein memicu gelombang ketidakstabilan dan aksi penyerangan terhadap kaum Kristen oleh para milisi.

Baca Juga: Serangan Roket Hujani Pangkalan Udara AS di Irak, 1 Tewas, AS Pertimbangkan Serangan Balasan

Kaum Kristen juga menerima pukulan saat milisi ISIS pada 2014 merajalela di Irak utara, termasuk di kota-kota tradisional Kristen di dataran Nineveh, yang beberapa di antaranya berasal dari jaman Kristus. Aksi kekerasan ISIS memaksa warga mengungsi ke wilayah Kurdi dan wilayah yang lebih jauh lainnya.

Diperkirakan, kini kurang dari 300.000 warga Kristen yang masih berada di Irak dan banyak di antara mereka yang mengungsi. Mereka yang kembali ke kampung halaman mereka, menemukan rumah dan gereja mereka telah hancur. Banyak warga Kristen yang merasa terintimidasi atas kehadiran milisi Syiah di sejumlah area.

Baca Juga: Irak Terima Vaksin Covid-19 Pertama, Hadiah dari China

Warga Kristen Irak juga menghadapi diskriminasi. Banyak dari mereka yang tak dapat bekerja lantaran praktek diskriminasi di sektor publik, sektor yang paling banyak menyedot tenaga kerja di irak. Sejak 2003, lowongan pekerjaan publik dikendalikan oleh para elit politikus dari mayoritas Syiah, hingga menyebabkan kaum Kristen terpinggirkan.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU