> >

Guinea Deklarasikan Kembalinya Wabah Ebola, Ini Gejala dan Penularannya Menurut WHO

Kompas dunia | 15 Februari 2021, 12:33 WIB
Seorang tenaga kesehatan memeriksa area karantina Rumah Sakit Matanda di Butembo, di mana kasus pertama Ebola meninggal, di provinsi Kivu Utara Kongo Kamis, 11 Februari 2021. Kasus ketiga kematian Ebola telah tercatat di Kongo Utara. Provinsi Kivu setelah seorang wanita berusia 22 tahun meninggal Rabu, menurut pejabat setempat (Sumber: AP Photo/Al-hadji Kudra Maliro)

Orang tetap dapat menularkan selama darah mereka mengandung virus.

Wanita hamil yang terkena Ebola akut dan pulih dari penyakit tersebut mungkin masih membawa virus dalam air susu ibu, atau dalam cairan dan jaringan yang berhubungan dengan kehamilan. Ini menimbulkan risiko penularan ke bayi yang dikandungnya, dan orang lain. 

Wanita yang hamil setelah selamat dari penyakit Ebola tidak berisiko membawa virus.

Petugas kesehatan tengah disiram kesehatan saat bekerja di pusat perawatan Ebola, 2018 lalu. Guinea mengumumkan kembalinya virus ebola menjadi epidemi kembali di negara itu pada Minggu (14/02/2021), setelah muncul 7 kasus positif dimana 3 orang meninggal dan 4 masih dirawat.(Sumber: AP Photo)

Baca Juga: Covid-19 Belum Usai, Ebola Kembali Mewabah di Kongo

Penyakit ebola memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada Covid-19. Namun tidak seperti virus corona, ebola tidak ditularkan oleh pasien tak bergejala, dengan kata lain gejalanya pasti terlihat.

Kasus-kasus baru itu tertular setelah menghadiri pemakaman pasien positif ebola di sub-prefektur Goueke. Mereka yang masih bertahan hidup sekarang diisolasi di pusat perawatan, kata Kemenkes Guinea, negara di Afrika Barat.

Korban yang dimakamkan pada 1 Februari adalah perawat di pusat kesehatan setempat. Dia meninggal usai perawatannya dipindah ke Nzerekore, kota yang dekat perbatasan Liberia dan Pantai Gading.

Wabah ebola 2013-2016 di Afrika Barat dimulai di Nzerekore, yang karena posisinya berdekatan dengan keramaian perbatasan, upaya pencegahannya berjalan lambat.

Baca Juga: Setelah Corona, WHO Umumkan Ada Wabah Ebola Baru di Afrika

Virus ebola kala itu merenggut 11.300 nyawa, sebagian besar kasus ditemukan di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Memerangi epidemi ebola akan menambah tekanan layanan kesehatan Guinea, yang sedang berjibaku menangani Covid-19. Virus corona di Guinea, negara berpenduduk 12 juta orang, sejauh ini tercatat sebanyak 14.895 kasus dengan 84 kematian.

Pemerintah Guinea langsung bergerak cepat mengisolasi pasien serta kontaknya, dan akan membuka pusat perawatan di Goueke, yang berjarak tak sampai 1 jam perjalanan dari Nzerekore.

Pihak berwenang juga meminta kiriman vaksin ebola kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam beberapa tahun terakhir vaksin ebola dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.

Vaksin juga terbukti mampu mengakhiri wabah ebola terbesar kedua di Republik Demokratik Kongo pada Juni tahun lalu, setelah kembali merebak usai dua tahun dengan lebih dari 2.200 kematian.

Namun pada Minggu, negara itu melaporkan kasus keempat ebola di provinsi Kivu Utara. Virus ebola muncul di Kongo lagi pada 7 Februari.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU