> >

Jasad Arkeolog yang Dipenggal ISIS karena Ingin Lindungi Kota Kuno Palmyra Ditemukan

Kompas dunia | 12 Februari 2021, 14:12 WIB
Arkeolog Khaled Al-Assad dipenggal ISIS pada 2015 setelah tak mau bekerja sama. (Sumber: BBC)

DAMASKUS, KOMPAS.TV - Otoritas Suriah meyakini mereka telah menemukan jasad dari arkeolog terkenal Khaled al-Assad.

Assad dipenggal oleh ISIS pada 2015, karena berusaha melindungi kota kuno Palymra.

Asaad yang saat itu berusia 82 tahun, menolak mengungkapkan lokasi dari artefak bernilai tinggi tersebut.

Baca Juga: Pengakuan Stormy Daniels Tentang Skandal Seks dengan Donald Trump: 90 Detik Terburuk di Hidup Saya

Pemenggalannya tersebut bahkan diperlihatkan secara umum oleh ISIS.

Seperti dikutip BBC dari media lokal, tubuhnya berada di antara tiga jasad yang ditemukan di Kahloul, sebelah timur Palmyra.

Saat ini, tes DNA dilakukan untuk mengonfirmasi identitas mereka.

Baca Juga: Gagal Selamatkan Ekonomi, Kim Jong Un Pecat Pejabat yang Baru Menjabat Sebulan

Pembunuhan tersebut merupakan salah satu rangkaian kekejaman yang dilakukan militant ISIS selama dua periode menguasai situs Warisan Dunia UNESCO tersebut.

Khaled Al-Asad menghabiskan 50 tahun lebih dari hidupnya tinggal di Palmyra dan melakukan penelitian yang berada di oasis dari daerah gurun Suriah, timur laut Damaskus.

Arkeolog terpandang tersebut pensiun sebagai kepala situs antik tersebut pada 2003, namun dia tetap melakukan penelitian hingga ISIS menyerbu.

Baca Juga: Gagal Selamatkan Ekonomi, Kim Jong Un Pecat Pejabat yang Baru Menjabat Sebulan

Ketika ISIS menyerbu, putra dan menantunya yang juga arkeolog berhasil menyelamatkan ratusan artifak bernilai tinggi dari musem.

Namun, Asaad menegaskan dia tak akan pernah meninggalkan rumahnya tersebut.

“Saya dari Palmyra dan akan tetap di sini jika mereka membunuh saya,” katanya.

Baca Juga: Tabrakan Beruntun Libatkan 133 Mobil di Texas, Enam Orang Tewas

Asaad kemudian ditahan oleh ISIS dan diinterogasi mengenai lokasi artifak lainnya yang disimpan.

Dia kemudian dipenggal di lapangan Tadmor pada Agustus 2015, setelah menolak bekerja sama.

Beberapa pekan setelah eksekusi tersebut, ISIS menghancurkan beberapa monument di Palmyra dari abad pertama dan kedua, karena menganggapnya sebagai berhala.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU