> >

Museum Kipas Prancis Terancam Tutup Karena Tak Sanggup Bayar Sewa, Balai Kota Paris Turun Tangan

Kompas dunia | 26 Januari 2021, 06:00 WIB
Anne Hoguet, direktur Museum Kipas Paris menunjukkan salah satu koleksi kipas tradisional yang terbuat dari bulu. Foto diambil pada Rabu (20/1). (Sumber: AP Photo / Michel Euler)

Seperti 130 museum di Paris lainnya, Museum Kipas Prancis – yang hanya mematok tarif 7 Euro sebagai harga tiket masuk – pun terpaksa tutup hampir sepanjang 2020 akibat pembatasan karena pandemi.

Penghasilan lain yang berasal dari para bangsawan yang hendak memperbaiki koleksi kipas mereka di museum ini pun menguap, lantaran para bangsawan tersebut juga harus mengetatkan ikat pinggang mereka selama pandemi melanda.

Baca Juga: Buaya Milik Adolf Hitler yang Mati Tahun Ini Diawetkan dan Akan Dipamerkan di Museum Rusia

Sebelumnya, Hoguet biasa mematok tarif 500 – 600 Euro per kipas untuk biaya perbaikan dan pemulihan kipas menggunakan bahan-bahan tradisional yang aman. Penghasilan yang diperolehnya ia gunakan untuk membayar sewa gedung museum.

“Keluarga bangsawan yang mengirimkan kipas-kipas mereka untuk dipulihkan, semuanya kembali ke negara asal mereka selama pandemi. Mereka ingin berhemat,” terang Hoguet.

Meski museum yang dipimpinnya sempat buka sebentar di bulan September silam, Hoguet tetap kesulitan memperoleh penghasilan untuk membayar sewa gedung.

Baca Juga: Museum Genocide Tuol Sleng, Kamboja

Hoguet merupakan generasi ke-4 yang menguasai pembuatan kipas tradisional. Ayah Hoguet membeli koleksi kipas museum pada tahun 1960. Koleksi kipas yang dimiliki keluarga Hoguet berasal dari jaman Rennaissance hingga abad ke-20. Hoguet sendiri telah melatih 5 anak muda untuk membuat kipas tradisional, yang ia harapkan akan menjadi penerus keterampilan pembuatan kipas tradisional Prancis.

Salah satu koleksi kipas Museum Kipas Paris yang berasal dari tahun 1775. Lukisan di kipas ini menggambarkan keluarga bangsawan tengah melatih seekor anjing. Foto diambil pada Rabu (20/1). (Sumber: AP Photo / Michel Euler)

Di banyak kebudayaan kuno, pembuatan kipas tradisional dari gagang kayu dengan daun kertas yang dilukis, dianggap sakral. Masa keemasan kipas di Prancis terjadi di abad ke-18, terutama di Versailles, saat para perempuan menggunakan kipas sebagai bentuk komunikasi untuk merayu atau bersembunyi di baliknya. Gambar-gambar yang terlukis di kipas juga kerapkali menceritakan beragam peristiwa terkini di sekitar mereka pada saat itu. Hingga kini, kipas tetap menjadi salah satu identitas fesyen Prancis, yang kerap pula dirancang oleh Chanel, Dior dan Jean Paul Gaultier.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU