> >

Rusia Sambut Baik Usulan AS Perpanjang Traktat Nuklir New START

Kompas dunia | 22 Januari 2021, 21:08 WIB
Sebuah peluru kendali diluncurkan Rusia di Fasilitas Militer Plesetsk, bagian dari latihan kekuatan nuklir strategis Rusia (Sumber: Russian Defense Ministry Press Service via AP)

MOSKOW, KOMPAS.TV – Pemerintah Rusia hari Jum’at (22/01/2021) menyambut baik usulan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk memperpanjang traktat pengendalian senjata nuklir terakhir diantara kedua negara, yang akan berakhir kurang dari dua minggu, demikian dilansir Associated Press.

Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov mengatakan Rusia pada posisi memperpanjang pakta tersebut dan saat ini menunggu rincian usulan Amerika Serikat.

Hari Kamis, (21/02/2021), Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden mengusulkan kepada Rusia adanya perpanjangan lima tahun dari Traktat New START.

Baca Juga: Dipimpin Joe Biden AS Dorong Perpanjang Perjanjian Kendali Sejata Nuklir dengan Rusia

“Kami hanya bisa menyambut baik niatan politik untuk memperpanjang dokumen tersebut,” tutur Peskov dalam sebuah konferensi pers, seraya menekankan,”namun semua tergantung dari rincian usulan,”

Traktat yang ditandatangani tahun 2010 oleh Presiden AS saat itu, Barack Obama, dan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, membatasi kepemilikan hulu ledak nuklir setiap negara maksimal 1,550 hulu ledak terpasang di darat dan 700 peluru kendali dan pesawat pengebom, serta inspeksi lapangan untuk memverifikasi kepatuhan masing-masing pihak.

Baca Juga: Kapal Selam Nuklir Rusia Luncurkan 4 Peluru Kendali!

Rusia sejak lama mengusulkan perpanjangan pakta antara kedua negara tanpa kondisi maupun perubahan apapun, namun pemerintahan Donald Trump menunggu hingga akhir tahun lalu untuk memulai pembicaraan dan mengajukan sejumlah tuntutan untuk perpanjangan.

Pembicaraan antara kedua negara langsung mandek tahun lalu, dimana tawar menawar selama berbulan-bulan gagal mempersempit jurang perbedaan.

“Sejumlah kondisi disyaratkan (oleh pemerintahan Trump), dan beberapa diantaranya sama sekali tidak bisa kami terima, nah jadi kita lihat dulu saja apa yang ditawarkan Amerika Serikat,” tutur Peskov.

Baca Juga: Rusia Gelar Latihan Nuklir Strategis

Duta besar Rusia untuk PBB di Wina, Austria menyambut baik usulan Biden sebagai “langkah yang menggembirakan,”

Ulyanov dalam tweetnya menjabarkan,”Perpanjangan membuat kedua pihak bisa memiliki waktu tambahan untuk mempertimbangkan kemungkian upaya tambahan yang bertujuan untuk memperkuat kestabilan strategis dan keamanan global,”

Biden dalam kampanyenya tahun lalu memberi indikasi lebih memilih untuk menjaga traktat New Start, yang dulu dinegosiasikan saat dirinya menjadi Wakil Presiden Barack Obama.

Baca Juga: Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Ditangkap, AS dan Uni Eropa Mengecam Penahanannya

Pembicaraan tentang perpanjangan kontrak tahun lalu juga dibayangi ketegngan antara kedua negara yang dipicu krisis Ukraina, dugaan campur tangan Rusia pada pemilu AS tahun 2016, dan hal-hal lain.

Terlepas dari usulan perpanjangan juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Biden tetap berkomitmen agar Rusia ‘bertanggung jawab atas dugaan keterlibatan pada peretasan Solar Wind, campur tangan pada pemilu tahun 2020, upaya meracuni figur oposisi Alexei Navalny, dan tentang tudingan bahwa Rusia menawarkan imbalan kepada Taliban untuk membunuh tentara Amerika Serikat di Afghanistan.

Baca Juga: Hadiri Pertemuan di New York, Indonesia Dukung Wujudkan Dunia Bebas Senjata Nuklir

Saat ditanyakan tentang komentar Psaki, Peskov menegaskan kembali bantahan keterlibatan Rusa dalam berbagai peristiwa itu.

Setelah Moskow dan Washingto mundur dari Traktat Senjata Nuklir Jarak Menengah tahun 2019, Traktat New START sekarang hanya satu-satunya kesepakatan pembatasan senjata nuklir antara kedua negara.

Pendukung pengendalian senjata dengan menyerukan perpanjangan traktat New START, sambil memperingatkan pengabaiannya akan menghilangkan peluang untuk saling mengawasi kekuatan nuklir masing-masing negara.

Baca Juga: Putin Ancam Kembangkan Rudal Nuklir yang Dilarang AS

Pekan lalu, Rusia juga menyatakan akan mengikuti AS untuk menarik diri dari Perjanjian Open Skies yang memungkinkan penerbangan pengawasan di atas fasilitas militer untuk membantu membangun kepercayaan dan transparansi antara Rusia dan Barat.

Sementara Rusia selalu menawarkan untuk memperpanjang New START selama lima tahun, Trump menegaskan hal itu merugikan AS dan pada awalnya bersikeras agar China ditambahkan ke dalam perjanjian itu, yang ditolak mentah-mentah oleh Beijing.

Pemerintahan Trump kemudian mengusulkan untuk memperpanjang New START hanya untuk satu tahun dan juga berusaha untuk memperluasnya untuk memasukkan batasan senjata nuklir medan perang.

Baca Juga: Militer Rusia Latihan Peluncuran Rudal Nuklir

Mosko menyatakan tetap membuka diri kepada Amerika Serikat untuk melakukan pembicaraan lain di bidang senjata nuklir, terutama tentang pembatasan senjata prospektif lain di masa depan, tetapi menekankan bahwa memperpanjang  New START Baru sangat penting untuk stabilitas global.

Diplomat Rusia mengatakan bahwa calon rudal balistik antarbenua berat Sarmat Rusia dan pesawat hipersonik Avangard dapat dihitung bersama dengan senjata nuklir Rusia lainnya di bawah perjanjian tersebut.

Sarmat masih dalam pengembangan, sementara unit rudal pertama yang dipersenjatai dengan Avangard mulai beroperasi pada Desember 2019.

Militer Rusia mengatakan Avangard mampu terbang 27 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan dapat melakukan manuver tajam dalam perjalanan ke target untuk melewati sistem pertahanan rudal.

Sistem Avangard ini telah dipasang ke rudal balistik antarbenua Soviet yang ada, namun bukan hulu ledak tipe lama, dan di masa depan dapat dipasang ke peluru kendali Sarmat yang lebih kuat.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU