> >

Rumah Sakit Jepang Kewalahan, Pasien Covid-19 Yang Meregang Nyawa di Rumah Makin Meningkat

Kompas dunia | 19 Januari 2021, 05:59 WIB
Kasus pasien yang meregang nyawa di rumah saat mereka menunggu rawat inap mulai muncul di berbagai daerah dari Tokyo hingga Kyoto dan Hiroshima, demikian dilansir Straits Times, Selasa (19/01/2021) (Sumber: AP Photo)

TOKYO, KOMPAS.TV - Kasus pasien yang meregang nyawa di rumah saat mereka menunggu rawat inap di Rumah Sakit makin tinggi di berbagai daerah dari Tokyo hingga Kyoto dan Hiroshima, demikian dilansir Straits Times, Selasa (19/01/2021)

Pada hari Minggu (17/01/2021), terdapat 7.727 pasien Covid-19 sedang menunggu ranjang rumah sakit di Tokyo. Ini 3,2 kali lipat dibanding angka 1 Januari, dan 13,4 kali lipat dari 577 orang yang menunggu pada 1 Desember tahun lalu.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga berjanji hari Senin (18/01/2021) untuk menggunakan segala cara melindungi rumah sakit yang kewalahan di bawah tekanan lonjakan kasus Covid-19.

Menanggapi situasi yang makin gawat, berbagai pihak mengambil tindakan darurat. Sekitar 200 wanita hamil yang akan melahirkan di rumah sakit umum Tokyo diminta untuk mencari dokter baru setelah bangsal bersalin dimobilisasi untuk merawat mereka yang terinfeksi.

Baca Juga: Kapasitas RS Mulai Kritis, Banyak Pasien COVID-19 di Jepang Meninggal di Rumah

Secara nasional, survei Japan Stroke Society menemukan 18 persen klinik menolak untuk menerima korban stroke darurat, dengan memprioritaskan pasien Covid-19.

Dalam pidato kebijakan untuk menguraikan agenda untuk sesi Diet 150 hari yang dibuka pada hari Senin, PM Suga menekankan perlunya menjaga sistem perawatan medis dan berjanji untuk mengerahkan tenaga medis dari Pasukan Bela Diri jika diperlukan.

“Dengan kerja sama rakyat, saya akan berdiri di garis depan pertempuran ini dan saya bertekad untuk mengatasi situasi yang sulit,” katanya.

Suga juga mengatakan dia sedang mengincar revisi hukum untuk menghukum ketidakpatuhan pasien Covid-19 yang menolak dirawat di rumah sakit, dan bisnis yang mengabaikan permintaan untuk mempersingkat jam operasi.

Baca Juga: Perluas Keadaan Darurat, PM Jepang Minta Maaf

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU