> >

Regulator Uni Eropa Pertimbangkan Gunakan Vaksin Oxford-AstraZeneca

Kompas dunia | 13 Januari 2021, 05:15 WIB
Vaksin Covid-19 buatan Oxford-AstraZaneca sedang dipersiapkan untuk digunakan di Skotlandia, Senin, 11 Januari 2021. (Sumber: Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV – Pada Selasa (12/1/2021), Badan Obat-obatan Eropa menyatakan bahwa AstraZeneca dan Universitas Oxford telah mengajukan permohonan vaksin Covid-19 buatan mereka untuk dilisensikan di seluruh Uni Eropa.

Regulator Uni Eropa pun menyambut baik permintaan ini, dengan mengatakan agar vaksin ini diberi lampu hijau di bawah proses yang dipercepat dan dapat disetujui pada 29 Januari mendatang. Namun demikian, proses pemberian izin dapat dipercepat asalkan data yang dikirimkan mengenai kualitas, keamanan dan kemanjuran vaksin dinilai cukup kuat dan lengkap.

Baca Juga: Rusia dan AstraZaneca Tandatangani Kerjasama Pembuatan Vaksin Covid-19

Hingga saat ini European Medicines Agency (EMA), telah menyetujui dua vaksin virus corona. Vaksin pertama yang telah disetujui merupakan buatan Pfixer dan BioNTech. Sedangkan vaksin kedua yang sudah disetujui adalah vaksin Moderna, yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS).

Swiss telah menyetujui vaksin Moderna pada Selasa (12/1/2021) dan berencana untuk mengimuniasi sekitar 4% dari populasinya dengan menggunakan vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech.

Sedangkan Inggris telah menyetujui vaksin Oxford-AstraZeneca pada bulan lalu dan telah menggunakannya. Selain Inggris, India juga telah menyetujui penggunaan vaksin Oxford-AstraZaneca pada bulan ini.

Sebagai bagian dari strateginya untuk mendapatkan sebanyak mungkin vaksin Covid-19 yang berbeda untuk Warga Eropa, Uni Eropa mengatakan telah menyelesaikan pembicaraan awal dengan perusahaan bioteknologi asal Prancis Valneva untuk mengamankan hingga 60 juta dosis vaksin.

Baca Juga: Indonesia Batal Beli Vaksin AstraZaneca, Airlangga: Kita Belum Putuskan

Valneva sebelumnya menandatangani kesepakatan dengan Inggris untuk memberikan puluhan juta dosis suntikannya, yang dikembangkan menggunakan teknologi serupa dengan yang digunakan untuk membuat vaksin flu.

Uni Eropa kini telah menandatangani enam kontrak vaksin hingga 2 miliar dosis, lebih banyak dari yang diperlukan untuk menutupi populasinya yang berjumlah sekitar 450 juta.

Vaksin Oxford-AstraZeneca diharapkan menjadi vaksin utama bagi banyak negara karena biayanya yang lebih murah, ketersediaannya lebih banyak dan lebih mudah digunakan. Vaksin ini dapat disimpan di lemari es dan tidak harus di tempat penyimpanan yang sangat dingin seperti vaksin Pfizer.

Perusahaan mengatakan akan menjualnya vaksin Oxford-AstraZaneca seharga AS$ 2,50 (Sekitar Rp 35.300) per dosis dan berencana untuk membuat hingga 3 miliar dosis pada akhir 2021.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU