> >

Kim Jong-un Nyatakan Akan Bina Hubungan Baik dengan Dunia Luar

Kompas dunia | 8 Januari 2021, 14:57 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dalam kongres partai yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara Kamis, 7 Januari 2021. Kim telah meninjau hubungan dengan saingannya Korea Selatan dan menggarisbawahi kebutuhan untuk secara drastis meningkatkan hubungannya dengan dunia luar. (Sumber: KCNA via AP)

SEOUL, KOMPAS TV — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam konferensi partai berkuasa di Korea Utara menggarisbawahi pentingnya meningkatkan secara drastis hubungan negaranya dengan dunia luar, demikian dilansir Associated Press Jum'at, (08/01/2021).

Media resmi pemerintah Korea Utara melaporkan, Kim Jong Un juga mengkaji kembali hubungan negaranya dengan Korea Selatan, namun belum menjabarkan langkah apa yang akan diambil untuk mewujudkan hal tersebut. 

Kalangan pengamat memperkirakan Kim akan menggunakan kongres penentu halauan kebijakan negara selama 5 tahun itu untuk memberi sinyal perbaikan kepada Seoul dan Washington, terutama saat Kim menghadapi masalah ekonomi serius di negaranya. 

Baca Juga: Akui Gagal Laksanakan Program, Kim Jong-Un Minta Kongres Partai Pekerja Susun Rencana Baru

Pada pidato hari ketiga konferensi tersebut, hari Kamis (07/01/2021), Kim "mendeklarasikan orientasi umum dan dasar kebijakan partai untuk secara komprehensif membangun dan memperluas hubungan eksternal," demikian laporan Kantor Berita Korea Utara KCNA yang dikutip Associated Press. 

Kim juga mengkaji kembali hubungan dengan Korea Selatan "seperti yang dibutuhkan berdasarkan situasi terbaru dan perubahan yang telah terjadi," lapor KCNA lebih lanjut. 

Kongres Partai Pekerja adalah badan pengambil kebijakan tertinggi partai yang mengkaji pencapaian di masa sebelumnya, menjabarkan berbagai prioritas baru, dan menyusun ulang pejabat tinggi. 

Bulan ini Kongres digelar, ditengah perjuangan Kim mengatasi apa yang dia sebut sebagai "krisis berganda" akibat anjloknya ekonomi yang dihantam penutupan perbatasan dalam upaya menghadang penyebaran pandemi. Selain itu Korea Utara dihantam sederet bencana alam dan didera tekanan hebat sanksi Amerika Serikat.

Baca Juga: Kim Jong-Un Kirimkan Kartu Tahun Baru untuk Rakyatnya, Ucapannya Mengharukan

Pada pidato pembukaan, Kim Jong Un mengakui kegagalan pelaksanaan rencana ekonomi dan bertekad membangun rencana lima tahunan yang baru. Pada hari kedua, Kim mengatakan akan memperkuat kapabilitas militer negaranya. 

Kim Jong Un yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya menyusul kematian Kim Jong Il tahun 2011, berulang tahun ke 37 hari Jum'at lalu. 

Selama sesi hari Kamis, Kim juga menyerukan untuk "menghapus secara menyeluruh elemen non-sosialis" dalam masyarakat Korea Utara dan mengusulkan cara untuk mempromosikan "kekuatan sistem sosial negara kita".

Kim mengkritik organisasi pekerja termasuk liga pemuda karena diduga gagal memenuhi tugas mereka dan mengatakan liga pemuda harus memprioritaskan "pendidikan ideologis" di atas tugas lainnya, kata KCNA.

Baca Juga: Ramalan Nostradamus Baru pada 2021, Kim Jong-Un Digulingkan Rakyatnya

Pemerintah Kim telah menindak apa yang disebutnya "praktik non-sosialis yang asing dan tidak sehat".

Bulan lalu, media pemerintah mengatakan parlemen Korea Utara mengesahkan "undang-undang tentang penolakan ideologi dan budaya reaksioner".

Para pengamat mengatakan Korea Utara sedang menjaga kemungkinan penyebaran kapitalisme dan persatuan internal yang lebih longgar di tengah kesulitan ekonomi.

Agen mata-mata Korea Selatan mengatakan Kim mengkhawatirkan Presiden terpilih Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari.

Baca Juga: Sempat Ingin Dihancurkan Kim Jong-Un, Kawasan Wisata Ini Bakal Jadi Tempat Rekreasi Internasional

Dia menyebut Kim sebagai "penjahat" dan tidak mungkin mengadakan pertemuan langsung dengannya kecuali Korea Utara mengambil langkah serius menuju denuklirisasi.

Diplomasi Kim-Trump gagal selama pertemuan puncak di Vietnam pada awal 2019 setelah Trump menolak tawaran Kim untuk membongkar kompleks nuklir utamanya, sebuah langkah perlucutan senjata terbatas, dengan imbalan keringanan sanksi yang luas.

Hubungan antara Korea pernah berkembang setelah Kim mengadakan pembicaraan dengan Trump.

Namun Pyongyang menghentikan pertukaran dengan Seoul dan melanjutkan retorika keras terhadapnya setelah KTT kedua Kim dengan Trump di Vietnam pada awal 2019 gagal karena bantahan Trump atas dorongan Kim untuk menghapus sanksi dengan imbalan langkah denuklirisasi terbatas.

Baca Juga: Ziarah ke Makam Ayahnya, Kim Jong-Un Ditemani Kim Yo-Jong

Beberapa pengamat mengatakan Korea Utara frustrasi karena Seoul gagal melepaskan diri dari Washington dan menghidupkan kembali proyek ekonomi bersama yang terhenti akibat sanksi yang dipimpin AS.

Mereka juga berspekulasi bahwa Korea Utara awalnya mengira Korea Selatan akan membantunya memenangkan keringanan sanksi tetapi menjadi kesal setelah Kim pulang dengan tangan kosong dari KTT 2019 dengan Trump.

Para pengamat mengatakan Korea Utara mungkin menghubungi Korea Selatan terlebih dahulu untuk mempromosikan suasana rekonsiliasi sebelum mendorong pembicaraan dengan pemerintahan Biden.

Diplomasi Kim-Trump yang macet dimulai setelah para pejabat Korea Selatan bertemu Kim pada awal 2018 dan menyampaikan kepada Washington niatnya untuk menangani program nuklirnya dengan imbalan keuntungan ekonomi dan politik.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU