> >

AS Sebut Ada Serangan Siber Terhadap Jepang Terkait Vaksin Covid-19

Kompas dunia | 20 Oktober 2020, 00:23 WIB
Lembaga penelitian Jepang yang mengembangkan vaksin Covid-19 telah dilanda serangan siber. (Sumber: Istimewa)

TOKYO, KOMPAS.TV - Beberapa lembaga penelitian Jepang yang mengembangkan vaksin Covid-19 telah dilanda serangan siber. Perusahaan keamanan informasi Amerika Serikat (AS), CrowdStrike, mengungkapkan serangan itu adalah kasus pertama di negara itu. CrowdStrike menduga bahwa penyerangnya adalah peretas dari China.

Dikutip dari The Mainichi Shimbun, perusahaan AS itu tidak mengungkapkan nama-nama lembaga yang ditargetkan, tetapi mengatakan mereka mencurigai serangan tersebut telah dicoba oleh kelompok peretas China.

Serangan tersebut melibatkan pengiriman email yang dilampirkan dengan file elektronik, yang mengandung virus komputer.

Direktur perusahaan yang bertanggung jawab untuk kawasan Asia-Pasifik Scott Jarkoff mengaitkan serangan siber tersebut dengan persaingan antarnegara dalam memproduksi vaksin Covid-19.

Seorang analisis keamanan dan informasi Universitas Kobe Profesor Masakatsu Morii mengatakan, informasi tentang vaksin COVID-19 menjadi sasaran serangan dunia maya karena kelompok peretas cenderung mencuri informasi rahasia yang menjadi pusat perhatian.

Baca Juga: Jokowi: Vaksin AstraZeneca Akan Diterima Bulan April 2021

"Pemerintah Jepang harus memberikan dukungan yang memadai untuk keamanan (cyber), selain pengembangan vaksin. Karena diproyeksikan membutuhkan beberapa tahun sebelum (vaksin virus corona) tersedia secara stabil," kata Masakatsu Morii.

Pada Juli lalu, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada menuduh peretas yang terkait dengan dinas intelijen Rusia telah mencoba mencuri informasi dari para peneliti yang bekerja untuk memproduksi vaksin Covid-19 di negara mereka.

Pemerintah Rusia membantah keras tuduhan AS, Inggris dan Kanada yang menyatakan Rusia telah mengerahkan peretas untuk mencuri data pengembangan vaksin Covid-19.

Departemen Kehakiman AS pada bulan yang sama, mendakwa dua warga negara China, yang diyakini bekerja atas nama pemerintah China, dengan meretas sistem komputer ratusan perusahaan, pemerintah dan organisasi nonpemerintah AS. Mereka didakwa  mencuri penelitian Covid-19 dan informasi lainnya.

Menanggapi hal itu pihak Otoritas China membantah tuduhan bahwa mereka mengerahkan peretas untuk mencuri data dari perusahaan pengembang vaksin Covid-19. Tuduhan itu menurut Kementerian Luar Negeri China tidak berdasar dan tidak memiliki bukti kuat.

AMEDJepang Sponsori 20 Proyek Vaksin Covid-19

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 190 proyek vaksin sedang berlangsung hingga akhir September. Beberapa di antaranya telah memasuki tahap akhir uji coba.

Di Jepang, Universitas Tokyo, Universitas Osaka dan Institut Penyakit Menular Nasional juga terlibat dalam proyek vaksin Covid-19.

Badan Penelitian dan Pengembangan Medis Jepang (AMED) yang disponsori pemerintah Jepang, mengalokasikan dana untuk mendukung 20 proyek vaksin yang dilakukan oleh universitas dan perusahaan swasta. AMED mengalokasikan hingga 10 miliar yen (USD95 juta) untuk setiap proyek.

Baca Juga: Akhir Tahun, Pemerintah Pastikan Vaksin Covid-19 Tersedia untuk 9,1 Juta Orang

Perusahaan farmasi besar Jepang,  Takeda Pharmaceutical Co. dan Daiichi Sankyo Co. telah dipilih untuk skema dukungan badan tersebut dalam  pengembangan vaksin COVID-19.

Namun demikian hingga kini belum diketahui kapan vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan di dalam negeri akan digunakan.

Hingga kini tercatat jampir 40 juta orang di seluruh dunia terdampak oleh pandemi Covid-19 sejak pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, China, Desember lalu. Dari angka tersebut, lebih dari 1,1 juta orang meninggal karena Covid-19.

Penulis : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU