> >

Pandemi Bikin Industri Keripik Jadi Raja di Pasar Daring, Ini Buktinya

Lifestyle | 30 September 2020, 15:57 WIB
Ilustrasi aneka keripik (Sumber: Kompas.com/Masriadi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Selama pandemi Covid-19, keripik ternyata menjadi salah satu camilan favorit masyarakat. Terbukti, penjualan keripik secara daring atau online tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebenarnya, industri keripik sudah menjadi hal umum di industri UMKM Indonesia.

Awalnya, pemasarannya lebih banyak luring atau offline, namun keterbatasan akibat pandemi Covid-19 membuat industri keripik juga merambah ke pasar daring dengan memanfaatkan e-commerce.

Berdasarkan data yang dihimpun Telunjuk.com, sebuah platform layanan rekomendasi dan perbandingan harga belanja, melalui Compas.co.id, sebuah e-commerce market insight dashboard, jumlah penjual keripik dari sisi UMKM mendominasi 89,65 persen e-commerce.

Data ini diambil dari periode Juni sampai Agustus 2020 di tiga e-commerce besar, Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak.

“Hal ini tentunya menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk berkarya di pasar daring dan bersaing dengan produsen besar atau pabrikan,” ujar Hanindia Narendrata, CEO And Co-Founder Telunjuk.com, dalam siaran pers, Rabu (30/9/2020).

Bisnis keripik di tiga e-commerce besar itu memiliki rata-rata pangsa pasar 33,7 persen, meliputi, Tokopedia 36,3 persen, Shopee 34,7 persen, dan Bukalapak 29,1 persen. Fakta lain yang tak kalah menakjubkan, justru penjualan keripik non-merek mendominasi dengan nilai penjualan mencapai 87,78 persen ketimbang keripik bermerek.

Ilustrasi keripik kentang (Sumber: Shutterstock)

Tiga kenis keripik favorit pembeli di tiga e-commerce itu adalah keripik kaca atau beling sebesar 22,9 persen, keripik pisang 20,2 persen, dan keripik singkong 19,8 persen. Selain itu jenis keripik lain yang juga dibeli secara daring, terdiri dari keripik tempe, ubi, basreng, usus, kentang, nangka, dan jamur. 

“Tiga jenis keripik favorit pembeli tersebut yang diolah dari pegiat UMKM dan tanpa merek lebih laris dibandingkan dengan keripik bermerek,” ucap Hanindia.

Bahkan, keripik tanpa merek telah menyumbang penjualan hingga lebih dari Rp 1,3 miliar di tiga e-commerce besar Indonesia dalam kurun waktu tiga bulan. 

Ia menilai ada sejumlah faktor yang turut menunjang transaksi dalam berdagang secara daring mulai dari besaran ukuran yang ditawarkan hingga nama produk yang memudahkan pembeli saat mencari produk di kolom pencarian e-commerce. 

Hanindia menyarankan pelaku UMKM yang ingin merintis usaha di pasar daring disarankan untuk tidak hanya menuliskan nama merek pada judul produk, tetapi juga nama jenis barang. Hal ini tercermin dari perilaku konsumen daring yang cenderung menuliskan jenis barang dalam kolom pencarian.

"Sejak dulu kami memang berkeinginan untuk melakukan edukasi terkait data kepada pelaku UMKM agar mereka dapat mengambil keputusan bisnis dengan lebih tepat,” ucapnya.

(Switzy Sabandar)

Penulis : Dian-Septina

Sumber : Kompas TV


TERBARU