> >

Kisah Sultan Mehmed II Penakluk Konstatinopel, Perluas Utsmaniyah dan Majukan Ilmu Pengetahuan

Cerita | 9 Mei 2021, 02:05 WIB
Sultan Mehmed II memasuki Konstantinopel yang baru saja dia taklukkan, lukisan karya Fausto Zonaro tahun 1885 (Sumber: Daily Sabah)

ISTANBUL, KOMPAS.TV - 540 tahun berlalu sejak meninggalnya Sultan Utsmaniyah Mehmed II namun karya dan pengaruhnya masih bisa diamati hingga saat ini.

Berabad-abad kemudian, seperti dilansir Daily Sabah, Senin (03/05/2021), ia masih menempati forum-forum diskusi seolah-olah masih hidup, seperti diskusi tentang kasus Hagia Sophia yang diputuskan pengadilan Turki untuk diubah, namun secara tidak sah, untuk menjadi museum. Sementara itu amanat pengampunya, Sultan Mehmed II, dilanggar.

Mehmed II adalah sultan kesultanan Utsmaniyah yang menaklukkan Konstantinopel atau Istanbul, membuatnya bergelar "sang penakluk" di usia 21 tahun.

Mehmed II mengirim Kekaisaran Bizantium ke dalam halaman-halaman sejarah yang berdebu, menaikkan level kesultanan Turki menjadi sebuah kekaisaran yang memerintah di tiga benua selama berabad-abad setelahnya.

Sama seperti tokoh sejarah terkemuka lainnya yang dipuja sepanjang sejarah, kisahnya menarik untuk disimak dan ditarik pelajarannya.

Muak dengan politik dan murung setelah kematian putra tertuanya, ayah Mehmed, yaitu Sultan Murad II turun takhta pada 1444 dan mendesak Mehmed II menjadi pemimpin baru kekaisaran pada usia 12 tahun.

Baca Juga: Penemuan Arena Gladiator Berusia 1.800 Tahun di Turki, Bisa Menampung 20.000 Penonton

Sultan Mehmed II yang dilukis oleh pelukis kenamaan Italia jaman pertengahan, Gentile Bellini. (Sumber: Daily Sabah/Archive Photo)

Namun, pemerintahan pertama Mehmed berakhir hanya dua tahun kemudian, ketika Murad II kembali naik tahta menyusul ketegangan dan kekacauan di wilayah-wilayah yang ditaklukkan, terutama di wilayah Eropa.

Saat itu, ancaman dari Tentara Salib membuat warga Utsmaniyah menginginkan pemimpin yang lebih berpengalaman.

Setelah menyerahkan tahta kepada ayahnya, Mehmed II kembali ke Manisa di wilayah Aegean, di mana dia menikah dan terus mengasah kecerdasannya.

Pangeran muda itu juga memperoleh wawasan militer karena bergabung dengan ayahnya di Pertempuran Kosovo pada 1448.

Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1451, Mehmed II naik takhta sekali lagi, namun kali ini dengan banyak pelajaran dan pengalaman di sakunya.

Matanya tertuju pada penaklukan Konstantinopel, ibu kota Bizantium. Dia segera meluncurkan persiapan untuk pertempuran yang akan datang.

Sultan mengumpulkan pasukan besar, beberapa mengatakan dengan lebih dari 200.000 tentara, dan muncul di depan tembok kota yang kuat dengan penuh percaya diri.

Dia mengepung kota di tepi laut dan darat, lalu melakukan tindakan yang tidak terduga: Dia menyuruh kapal perang diseret melalui darat di sekitar area kota Galata - yang saat itu merupakan koloni pedagang kecil Genoa - di sisi Eropa modern Istanbul.

Baca Juga: Tradisi Minum Teh di Turki dan Kashmir: Jenis Teh, Cara Membuat, dan Khasiat Kesehatannya

Lukisan karya Fausto Zonaro, pelukis Italia tahun 1880an yang menggambarkan Sultan Mehmed II dalam proses penaklukan Konstantinopel (Sumber: Daily Sabah)

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU