> >

Kisah Pasar Tanah Abang Jelang Lebaran, Pusat Tekstil yang "Kagak Ade Matinye"

Tradisi | 5 Mei 2021, 04:35 WIB
Suasana kepadatan Pasar Tanah Abang di tengah pandemi (Sumber:Kompas.com)

Baca Juga: Panik Pintu Gerbang Ditutup, Penumpang di KRL Tanah Abang Terobos Masuk ke Area Stasiun

Namun pada 1740 terjadi huru-hara pembantaian orang Tionghoa oleh Belanda yang menyebabkan perekonomian Tanah Abang hancur.

Johannes Theodorus Vermeulen dalam bukunya Tionghoa di Batavia dan Huru-hara 1740 menyebutkan perkiraan orang Tionghoa yang dibunuh. "Mungkin saja jumlah orang Tionghoa yang terbunuh mencapai 10.000 orang atau lebih. Tetapi perlu juga dipertimbangkan dalam kondisi apa mereka terbunuh," tulis Johannes.

Meski memasuki masa suram, namun Tanah Abang tidak mati. Justeru terus bangkit hingga setelah Indonesia merdeka di abad ke-20,  pasar ini terus berkembang dan didatangi banyak penjual dan pembeli. 

mengalami kebakaran tiga kali. Namun, kondisinya terus membaik dan terus menjadi daya tarik pengunjung. Kini  Pasar Tanah Abang terdiri dari tiga gedung yang biasa disebut Tanah Abang Lama, Tanah Abang Metro, dan Tanah Abang AURI. Tanah Abang Lama terdiri atas beberapa blok, di antaranya Blok A, B, dan F. Tiap blok terdiri dari kios-kios.  Ada 10 ribu kios di Tanah Abang yang rata-rata menjual pakaian dan tekstil.

Dan setiap memasuki bulan Ramadan hingga jelang Ramadan keramaian pasar ini tak ada bandingannya. Seperti ungkapan orang Betawi untuk menggambarkan kondisi yang tak pernah surut, "Kagak ada Matinye".


 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU