> >

Diumumkan Hari Ini, Indonesia akan Masuk Jurang Resesi?

Ekonomi dan bisnis | 5 Agustus 2020, 11:49 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia (Sumber: Shutterstock via Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS TV - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini, Rabu (5/8/2020).

Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan pengamat memperkirakan ekonomi tanah air bakal mengalami pertumbuhan negatif (resesi ekonomi). Ini terjadi karena imbas pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memprediksi ekonomi Indonesia akan tertekan cukup dalam sampai ke titik -4,3 persen.

Baca Juga: Hadapi Jurang Resesi, Serapan Anggaran Belanja Pemerintah Belum Maksimal

"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi. Saya sampaikan di sini minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen. Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI seperti dikutip dari Kompas.com pada Rabu (15/7/2020).

Selain Sri Mulyani, Bank Indonesia (BI) juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 akan mengalami tekanan dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan proses pemulihan ekonomi Indonesia akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-shape) karena tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.

"Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen. (Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen. Itu range kita. Dengan U-shaped recovery, (pemulihan) relatif lambat," ujar Destry pada Senin (20/7/2020).

Baca Juga: Kontraksi Ekonomi Dampak Corona, Amerika Serikat Masuk Resesi

Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi 4,72 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Banyak penyebab yang membuat ekonomi tertekan. Itu seperti konsumsi rumah tangga dan indeks kepercayaan konsumen yang menurun, penjualan mobil dan motor terkontraksi, serta PMTB diperkirakan tumbuh negatif.

Akan Resesi?

Minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih akan berlanjut pada kuartal III 2020.

Bila ekonomi pada kuartal III kembali mencatatkan pertumbuhan negatif, Indonesia masuk ke jurang resesi. Fenomena ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis tahun 1998.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Terhambat Resesi Dunia

Secara tak langsung, pemerintah sudah mengindikasikan Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020, menyusul negatifnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II-2020.

Sri Mulyani memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 persen pada kuartal II-2020. Adapun pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 1 persen atau tumbuh 1,2 persen.

Sementara itu, Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri, meyakini Indonesia akan mengalami resesi.

Dari hitung-hitungannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh minus pada kuartal II-2020 dengan kisaran minus 2,8 persen hingga minus 3,9 persen.

Baca Juga: Korea Selatan Resmi Masuki Jurang Resesi

Bercermin pada China

Terlepas bakal resesi atau tidak, Josua Pardede menyarankan Indonesia becermin pada China. Pertumbuhan positif negara "Tirai Bambu" ini patut diacungi jempol usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam.

Sebagai informasi, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I-2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.

Namun, pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II-2020, meski negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Indonesia, kata Josua, perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat. Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.

Baca Juga: Rekor! Harga Emas Tembus Sejuta, Kekhawatiran Resesi Dunia?

Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif pada kuartal IV-2020.

"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik. Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua kepada Kompas.com, Senin (3/8/2020).

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU