> >

Pengamat: Konversi Kompor Listrik Boros Anggaran dan Tidak Ada Urgensi

Kebijakan | 28 September 2022, 13:52 WIB

Supriyani (42), menggunakan kompor listrik untuk memasak sehari-hari di rumahnya di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Jumat (23/9/2022) (Sumber: Labib Zamani)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai, PLN membatalkan konversi kompor gas ke kompor listrik karena telah menimbulkan kegaduhan. Lantaran kebijakan itu disosialisasikan dalam waktu yang tidak tepat.

"Ini jelang tahun politik dan harga BBM baru saja naik. Momentumnya tidak tepat," kata Trubus saat dihubungi Kompas TV, Rabu (28/9/2022).

Ia menyatakan, pernah berdiskusi dengan PLN dan Kementerian ESDM. Ia pun menyarankan ke jalan nurun diterapkan secara perlahan, untuk jangka panjang, dan sifatnya pilihan.

"Jangan dipaksakan, jangan top down tapi dibangun dari bawah dulu. Agar masyarakat tahu dulu apakah listrik itu lebih hemat dari gas," ujarnya.

Baca Juga: Konversi Kompor Listrik Batal, Ingat Lagi Kisah Sukses JK Konversi Minyak Tanah ke Gas

Menurut Trubus, konversi kompor gas ke kompor listrik adalah kebijakan yang inkonsisten, tanpa perencanaan matang, dan tidak ada urgensinya.

Banyak masyarakat yang menentang selama masa uji coba berlangsung. Misalnya para pedagang yang berjualan ketupat dan rendang, yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk memasaknya.

"Belum lagi pedagang keliling seperti pedagang bakso itu, bagaimana mereka memakai kompor listrik," ucapnya.

Trubus juga menyebut kebijakan konversi kompor gas ke kompor listrik sebagai kebijakan politis. Ia menyinggung tata kelola gas dalam negeri yang amburadul. Gas sebagai kekayaan negara, lanjutnya, harusnya dikelola oleh negara.

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber : KompasTV


TERBARU