> >

Wamenkeu Sebut Bansos Turunkan Kemiskinan: Ekonomi Lagi Maju Banget

Kebijakan | 13 September 2022, 07:00 WIB
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, angka kemiskinan saat ini dapat diturunkan dengan pemberian bantuan sosial. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, angka kemiskinan saat ini dapat diturunkan dengan  pemberian bantuan sosial (bansos). Jadi meski ada kenaikan harga BBM, daya beli masyarakat miskin tetap terjaga karena ada bansos.

Menurut Sua asil, bansos sebesar Rp24,17 triliun dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya kelompok 40 persen ekonomi terbawah. Bansos akan bisa menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,3 persen atau 0,3 menjadi 9 persen, dari target 9,3 persen pada 2022.

Hal itu ia sampaikan saat berbicara dalam kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) secara virtual, Senin (12/9/2022).

"Karena kelompok yang 40 persen terendah, selain menanggung kenaikan harga BBM, juga digerojokin uang baru Rp24,17 triliun, maka estimasi kemiskinan akan turun. Jadi, diperkirakan nanti kemiskinan akan turun sekitar sekitar 0,3 bp (basis point), walaupun harga BBM naik," kata Wamenkeu dikutip dari kanal YouTube FEB UI, Selasa (13/9).

Baca Juga: Daya Listrik 450 VA akan Dihapus, Penerima Subsidi Listrik Dinaikkan Jadi 900 VA dan 1.200 VA

Karena daya beli terjaga, lanjutnya, maka perekonomian pun tetap bergerak. Sehingga target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,1 hingga 5,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) akan tercapai.

"Pertumbuhan ekonomi kita bayangkan akan tetap, antara 5,1 sampai 5,4 persen yoy. Walaupun harga naik, tapi ekonomi lagi maju banget," ujarnya.

Sebelumnya, hal serupa juga pernah disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu.

"Sehingga angka kemiskinannya justru enggak naik, walaupun sudah terjadi kenaikan harga BBM. Kita hitung dengan adanya bansos ini mengakibatkan angka kemiskinan bisa turun sekitar 0,3 persen (tahun ini)," kata Febrio di Gedung DPR RI, dikutip dari Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Baca Juga: Data MyPertamina Diancam Disebar Bjorka, Pertamina Jamin Keamanan Data Konsumen

Sebaliknya, jika pemerintah tidak mengucurkan  bansos maka kemiskinan akan bertambah. Karena naiknya harga BBM memicu kenaikan harga-harga lainnya, sehingga biaya hidup meningkat.

"Ini yang kemudian kita hitung bersama-sama. Oh,  ternyata kalau diberikan bansos, kita bisa sama-sama jaga daya beli khususnya yang miskin dan rentan," ujarnya.

Ia menjelaskan, bansos yang diberikan pemerintah menyasar masyarakat yang masuk ke dalam golongan desil 1 hingga desil 4. Adapun kelompok orang miskin terdapat di desil 1, maka dengan pemberian bansos hingga desil 4 telah mencakup kelompok masyarakat terbawah.

"Jumlah orang miskin sekarang di 10 persen terbawah, itu desil 1. Jadi orang miskin itu di desil 1. Lalu kita siapkan bantalannya untuk sampai desil 4. Jadi turun dari mana dia ke desil 1? Mungkin enggak dari desil 6 turun ke desil 1? Ya mudah-mudahan gak ada," terangnya.

Baca Juga: Pengumuman! Tarif GrabFood, GrabCar, dan GrabExpress Juga Naik, Ini Rinciannya

Desil 1 yang merupakan kelompok ekonomi terbawah, yang selama ini menerima bansos seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Sembako, dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Kemudian desil 2 dipandang sebagai masyarakat dengan kelas menengah kebawah yang rawan miskin. Masyarakat yang masuk desil 2 selama ini mendapatkan bansos berupa KIP, Program Sembako dan KIS.

Lalu desil 3 dianggap sebagai masyarakat kelas menengah yang rentan miskin apabila terjadi goncangan ekonomi. Pada desil 3 ini bansos yang diberikan oleh pemerintah adalah program sembako dan KIS.

Sedangkan desil 4 adalah yang dianggap sebagai masyarakat yang sudah mampu secara finansial, tetapi apabila ada goncangan ekonomi menjadikan masyarakat di golongkan ini hampir miskin.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU