> >

Sri Mulyani Sebut Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Bulan Juli 2022 Masih Terjaga

Ekonomi dan bisnis | 2 Agustus 2022, 05:25 WIB
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat berkala III KSSK 2022 secara virtual, Senin (1/8/2022). (Sumber: Tangkapan layar KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia (RI) Sri Mulyani menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia pada triwulan kedua tahun 2022 masih terjaga di tengah tekanan perekonomian global yang meningkat.

"Daya tahan atau resiliensi stabilitas sistem keuangan atau SSK pada triwulan kedua tahun 2022 ini menjadi pijakan bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk tetap optimis, namun juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi dan kita hadapi," kata Sri Mulyani di dalam konferensi pers hasil rapat berkala III KSSK 2022 secara virtual, Senin (1/8/2022).

Menkeu sekaligus Ketua KSSK itu juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya menjadi perhatian dari KSSK.

Selain itu, Sri Mulyani menyebut, komite yang beranggotakan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa itu juga memerhatikan peningkatan risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina, juga meluasnya kebijakan-kebijakan proteksionisme terutama di bidang pangan," jelas Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani: Inflasi Juli 2022 Sentuh 4,94 Persen, Relatif Moderat Dibandingkan Negara Selevel

Mantan Direktur Bank Dunia itu juga menjelaskan, berbagai negara, terutama Amerika Serikat, telah merespons naiknya inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan lebih agresif dalam meningkatkan suku bunga di negaranya.

"Sehingga menyebabkan pemulihan ekonomi di AS tertahan dan ini juga meningkatkan terjadinya fenomena stagflasi, yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah," ungkapnya.

Menurut dia, ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing. 

"Khususnya investasi portofolio dan ini juga menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang," ujarnya.

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU