> >

Rantai Pasok Pangan Terganggu, Presiden Minta Dukungan Negara G7 Fasilitasi Ekspor Gandum Ukraina

Ekonomi dan bisnis | 28 Juni 2022, 12:51 WIB
Pasukan Rusia berjaga di ladang gandum di Oblast (daerah setingkat provinsi) Zaporizhzhia yang sebagian wilayahnya telah direbut dari Ukraina. Foto diambil pada 14 Juni 2022. (Sumber: Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden Joko Widodo meminta dukungan dari negara-negara G7 untuk memfasilitasi ekspor gandum dari Ukraina segera berjalan. Dengan begitu, rantai pasok pangan akibat dampak perang kembali normal.

Presiden menyatakan hal itu dalam sesi kedua KTT G7 di Elmau, Jerman, Senin (27/6) waktu setempat, yang memfokuskan isu pangan pada pernyataannya.

"Tentunya diperlukan dukungan dari G7 memfasilitasi ekspor gandum Ukraina agar dapat segera berjalan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers yang diberikan secara virtual melalui akun YouTube Sekretariat Presiden dikutip Selasa (28/6/2022).

Menlu Retno menyebutkan, Presiden Jokowi menekankan pentingnya dukungan dari negara-negara G20 untuk melakukan reintegrasi ekspor gandum dari Ukraina, serta ekspor komoditas pangan dan pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global.

Oleh karena itu, Presiden memandang ada dua cara untuk melakukannya, yakni pertama memfasilitasi ekspor gandum Ukraina. Kedua, Presiden memandang pentingnya mengkomunikasikan kepada dunia bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.

Baca Juga: Setelah Gandum, Harga Beras juga Berpotensi Naik

Presiden menilai bahwa komunikasi yang intensif ini diperlukan agar tidak terjadi keraguan berkepanjangan dari publik internasional.

"Komunikasi yang intensif juga perlu dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait seperti bank, asuransi, perkapalan, dan lain-lain," ucap Presiden melalui keterangan yang disampaikan oleh Menlu Retno.

Kepala Negara juga menegaskan bahwa dampak perang Ukraina-Rusia terhadap rantai pasok pangan dan produktivitas pangan melalui pupuk sangatlah nyata.

Jika gagal menanganinya, lanjut Presiden, krisis atau kelangkaan beras yang menyangkut dua miliar manusia, terutama di negara berkembang dapat terjadi.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU