Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Setelah Gandum, Harga Beras juga Berpotensi Naik

Kompas.tv - 13 Juni 2022, 12:06 WIB
setelah-gandum-harga-beras-juga-berpotensi-naik
Ilustrasi - Harga beras internasional sudah merangkak naik hingga bulan ke-5 berturut-turut.(Sumber: zakat.or.id)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Komoditas beras berpotensi mengalami kenaikan harga berikutnya, setelah sebelumnya gandum yang naik 5,6 persen pada Mei 2022. 

Indeks Harga Pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan, harga beras internasional sudah merangkak naik hingga bulan ke-5 berturut-turut. Nilainya sudah mencapai level tertinggi dalam 12 bulan terakhir.

“Kita perlu memantau harga beras ke depan, karena kenaikan harga gandum dapat menyebabkan beberapa substitusi terhadap beras, meningkatkan permintaan dan menurunkan stok yang ada,” kata Kepala Ekonom bank Jepang Sonal Varma, dikutip dari Kompas.com, Senin (13/6/2022).

Beras merupakan bahan makanan pokok di negara-negara Asia. Memang hingga kini, produksi beras masih melimpah. Persediaan beras global pun cukup dan panen di India diperkirakan akan baik pada musim panas tahun ini.

Namun, naiknya harga gandum dan biaya pertanian, akan membuat harga beras diperkirakan bakal mengikuti gandum yang sudah melambung.

Larangan ekspor

Untuk diketahui, harga banyak makanan, mulai dari gandum, biji-bijian, daging, dan minyak telah melonjak pada 2022. Kenaikan harga didorong oleh banyak faktor, termasuk kenaikan biaya pupuk dan energi sejak tahun lalu serta perang Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Harga Gandum Melonjak ke Rekor Tertinggi Dunia, Mi Instan Berpotensi Jadi Makanan Mewah

Kenaikan harga ini membuat negara-negara memproteksi diri dengan melarang ekspor sebagian komoditas yang diperlukan negaranya. Indonesia, misalnya, sempat melarang ekspor sawit (CPO dan turunannya).

Ada juga India yang melarang ekspor gandum, Malaysia melarang ekspor ayam, dan Ukraina berhenti mengekspor gandum, oat, dan gula.

Langkah-langkah proteksionis ini, menurut Sonal Varma, memperburuk rekanan harga di tingkat global karena berbagai alasan. “Jadi ada risiko karena kita melihat lebih banyak proteksionisme dari berbagai negara,” tutur Varma.

Tiga produsen beras terbesar

Saat ini, ada beberapa negara yang mendominasi produksi beras dunia. Menurut data World Economic Forum (WEF), Indonesia berada di posisi ketiga. Sementara posisi pertama dan kedua adalah China dan India.

 Beras Indonesia memiliki porsi 7,2 persen dari total produksi beras dunia, sejajar dengan Bangladesh. Sementara China dan India masing-masing memiliki porsi 28 persen dan 23,5 persen.

Beberapa negara produsen dan eksportir beras ke-5 dan ke-6 terbesar di dunia, Vietnam dan Thailand bersepakat untuk meningkatkan harga ekspor beras. Hal ini diungkap langsung oleh pejabat pemerintah Thailand pada akhir Mei 2022.

 India sendiri sudah memberlakukan larangan ekspor gandum pada Mei, dengan alasan untuk mengamankan pangan di dalam negeri. Setelah itu, India juga memberlakukan larangan ekspor gula. Khawatirnya, pelarangan ekspor beras menyusul.

“Saat ini, saya akan jauh lebih khawatir dengan India yang memberlakukan larangan ekspor beras dalam beberapa minggu mendatang, karena mereka memikirkan (rencana) setelah gandum dan gula,” ucap peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional, David Laborde.



Sumber : Kompas TV/Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x