> >

Upaya Indonesia untuk Kurangi Emisi Karbon Dinilai Setengah-Setengah

Kebijakan | 26 Juni 2021, 15:46 WIB
Ilutrasi pembangkit listrik yang dioperasikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PLN berencana menghentikan operasional sejumlah PLTU tua dan digantikan dengan pembangkit berbahan bakar bersih dan terbarukan. (Sumber: Kompas.id/Humas PLN )

JAKARTA, KOMPAS.TV – Rencana PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengurangi emisi karbon pada jenis pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU dinilai setengah-setengah. Pasalnya, sasaran penghentian operasi PLTU hanya ditujukan pada PLTU yang sudah lama beroperasi.

Diketahui sebelumnya, dalam rapat di Komisi VII DPR, PLN menunjukkan rencana penghentian operasional PLTU sepanjang 2021-2060.

Pada 2025 atau tahap pertama, PLTU dan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) akan diganti dengan pembangkit dari energi terbarukan yang total kapasitasnya 1.100 megawatt (MW).

Kemudian, pada 2030 PLN akan menghentikan lagi operasional PLTU dengan kapasitas 1.000 MW.

Berdasarkan data yang dihimpun, Research and Program Manager Trend Asia, Andri Prasetiyo mengatakan, skenario PLN menunjukkan pembangkit listrik berbasis batubara tidak dipakai lagi pada 2060.

”Dengan demikian, jika operasional pembangkit listrik tersebut berlangsung selama 35-40 tahun, Indonesia masih menggunakan pembangkit listrik berbasis batubara hingga di atas 2060,” katanya dalam webinar bertajuk Shifting Investments for an Ambitious PLN Net Zero Emissions Goal, Jumat (25/6/2021).

Baca Juga: PLN Hadirkan Teknologi Ramah Lingkungan untuk PLTU, Apa Itu?

Andri memperkirakan, emisi gas karbondioksida akibat dari pembangkit-pembangkit itu mencapai 107 juta ton per tahun.

Dari segi finansial, PLN mesti membayar dua kali yang meliputi belanja modal dan kompensasi untuk penghentian dini pembangkit tersebut.

Oleh sebab itu, dia menilai upaya PLN dalam mewujudkan emisi karbon nol bersih pada 2060 bersifat setengah-setengah.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU