> >

Harga Bahan Baku Naik dan Banjir Impor, IKM Konveksi-Garment Menjerit

Ekonomi dan bisnis | 19 Maret 2021, 13:28 WIB
Ilustrasi Pabrik Tekstil (Sumber: KOMPAS.COM/AAM AMINULLAH)

Nyatanya, tak lama aturan itu berlaku, pandemi Covid-19 pun menghantam Indonesia. Jangankan meningkatkan produksi, untuk mempertahankan operasional sehari-hari saja pelaku IKM kesulitan.

Apalagi pangsa pasar mereka juga kian menyempit. Hasil produksi konveksi dan garment yang tadinya 70% diekspor, kini harus dialihkan ke pasar dalam negeri lantaran terkendala proses ekspor di masa pandemi.

"Tapi di sisi lain, permintaan pasar dalam negeri juga menurun karena dampak Covid. Kondisi itu diperparah dengan mudahnya barang impor dari China dan Thailand masuk ke Indonesia, dalam bentuk produk garment jadi," ujar Widia.

Baca Juga: Sawit RI Kini Bebas Bea Masuk Ke Swiss, Norwegia, dan Islandia

Sebelumnya, Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wirawaningsih menyatakan, ada sejumlah pihak yang memanfaatkan situasi saat ini sehingga menimbulkan praktek kartel.

"Kemungkinannya sangatlah besar ada kartel bahan baku (tekstil), dikarenakan dengan kurangnya supply bahan baku untuk pasar domestik. Sementara bahan baku tekstil impor amatlah sulit untuk didapatkan guna dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri," kata Gati.

Pelaku IKM pun berharap, Menkeu juga membuat aturan safeguards untuk impor produk tekstil jadi. Agar produk tekstil lokal bisa bersaing. Mereka juga meminta pemerintah segera merealisasikan bantuan mesin untuk pelaku IKM konveksi dan garment.

Pemerintah menjanjikan membantu 25% biaya impor mesin, sedangkan sisanya 75% biar diajukan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun karena pandemi, perbankan menganggap pelaku IKM konveksi garment sebagai nasabah yang berisiko karena menunggak cicilan kredit.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU