> >

Investor Senang ke Indonesia, Sri Mulyani: Begitu Datang Kok Pusing Banget

Ekonomi dan bisnis | 19 Maret 2021, 09:11 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan investor asing tertarik berbisnis di Indonesia, tetapi sulit memulai atau memperluas usahanya di tanah air. (Sumber: KOMPAS.COM/MUTIA FAUZIA)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sama-sama mengklaim investor asing menyukai Indonesia. Namun, mereka masih kesulitan berbisnis di tanah air.

Dalam rilis pers resmi, Airlangga membagikan hasil survei Borderless Business Studies oleh Standard Chartered. Menurutnya, Indonesia meraih peringkat keempat di antara negara-negara Asia Tenggara sebagai negara favorit investor Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Para investor ini ingin membangun atau memperluas bisnis di Indonesia dalam 6 hingga 1 tahun ke depan.

Baca Juga: Guru Besar IPB: Kalau Pakai Data BPS, Harusnya Pemerintah Tak Impor Beras di Bulan Maret

Hal serupa juga diungkapkan Sri Mulyani. Menurutnya, pemerintah melalui Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah sering mempromosikan Indonesia.

Sri Mulyani mengatakan, para investor mengaku senang ingin berbisnis di Indonesia. Namun, saat tiba di Indonesia mereka malah mengalami kesulitan.

“Pak Menko Maritim dan Investasi (Luhut Binsar Pandjaitan) terus ke mana-mana mempromosikan Indonesia, tapi kalau tidak dibenahi ya sama saja. Investor senang, the story looks so good. It sounds promising, sounds excellent [kedengarannya bagus, kedengarann menjanjikan, kedengarannya sangat bagus, red], tapi begitu datang ke Indonesia kok it's so mumet atau pusing sekali,” tutur Sri Mulyani, dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, salah satu hambatan bisnis di Indonesia adalah ongkos logistik yang mahal. Sri Mulyani merinci, Indonesia menghabiskan 23,5 persen porsi perekonomian untuk biaya logistik.

Baca Juga: Resmikan Dua Bandara Sekaligus, Jokowi: Semoga Menghidupkan Sentra Pertumbuhan Ekonomi Baru

Biaya logistik di Indonesia juga lebih tinggi 10 persen daripada ongkos di negara-negara tetangga.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU