> >

G30S, Thaib Adamy, dan Pembunuhan Massal 1965 di Aceh (2)

Bbc indonesia | 23 Januari 2022, 16:52 WIB
Kantor pusat PKI di Jakarta, pada 8 Oktober 1965, hancur lebur oleh amukan massa, menyusul peristiwa G30S. (Sumber: Getty Images)
'Kakak sulung saya dibunuh, kakak nomor dua hilang'

"Adik saya perempuan, kelahiran Desember 1965... Waktu ibu ditahan di Jalan Binjai, dia bertanya 'kenapa mamak tidak pulang? Ngapain di sini?'.... Itu saya paling pilu ketika melihat adik-adik..."

"Belum lagi kalau orang mencibir. Mereka masih kecil-kecil, sehingga sampai sekarang ada di antara mereka yang trauma," Ady tak kuasa menahan deraian air matanya.

BBC News Indonesia sempat mengajak Ady ke kota Medan dan bertemu salah-satu adiknya. Sang adik menangis saat kami temui dan menolak diwawancarai. Dia rupanya masih trauma.

Setelah sempat ditempatkan di kamp di Tanjung Kaso, Samiah akhirnya dibebaskan sekitar tahun 1977. Dengan demikian, dia 'dipisahkan' dari anak-anaknya sekitar tujuh tahun.

"Ibu saya tidak pernah diadili, padahal saya ingin mendengarkan [dakwaan atas ibunya]," ujarnya.

Samiah, sang ibu, tutup usia pada 1 Oktober 1984, ketika Ady tengah menyusun skripsi saat kuliah di IKIP Medan di jurusan olah raga.

Baca juga:


'Walau bapak saya pemimpin PKI di Aceh, dia wajibkan anak-anaknya salat'

Atmosfer Orde Baru yang melabel PKI sebagai 'hantu menakutkan' dan semua pengusungnya seolah-olah 'antiTuhan', membuat narasi alternatif tentang sosok Thaib Adamy tidak diberi tempat selayaknya.

Setidaknya hal itu dirasakan oleh salah-satu anaknya, Setiady. "Banyak fitnah yang ditimpakan pada ayah saya," ungkapnya.

Kepada BBC News Indonesia, dia kemudian mengungkap apa yang disebutnya sebagai fakta tentang ayahnya.

Mulai tuduhan ayahnya 'tak percaya Tuhan' hingga isu ayahnya menyimpan senjata sebagai persiapan perlawanan di Aceh. Berikut petikan penuturannya:

1. Isu Thaib Adamy ateis

Walau bapak menjadi pimpinan PKI di Aceh, anak-anaknya tetap diwajibkan salat lima waktu, menjalankan puasa Ramadan, dan mengaji al-Quran.

Kepada anak-anaknya, bapak dan ibu tidak pernah mengajarkan tentang ateisme. Atas didikan mereka, faktanya kami sampai sekarang meyakini adanya Tuhan.

Kalau ibu saya dikatakan aktif di organisasi Gerwani, ibu saat itu akan marah kalau anak-anaknya tidak menjalankan salat lima waktu.

2. Isu Thaib Adamy mengetahui peristiwa G30S

Saya berusia 10 tahun, ketika saya melihat bapak mendengar berita radio setelah 1 Oktober 1965, tentang apa yang disebut upaya kudeta di Jakarta.

Usai mendengar berita itu, bapak seperti kebingungan. Dia mondar-mandir di ruangan. 'Apa yang terjadi? Kenapa tidak diberitahu? Bukankah tidak ada rencana seperti ini?'

Sehari kemudian, bapak memberitahu ibu, seraya memeluknya. Dia bilang mau pergi bersama anaknya yang nomor dua, Yasrun. Anak nomor satu, Yusni, diminta jaga ibu dan adik-adiknya.

Bapak memberi pesan kepada ibu agar menjaga anak-anak dan rawat baik-baik. (Setiady menahan tangis). Bapak lalu pergi.

3. Isu Thaib Adamy menyimpan senjata di rumahnya

Saya sering mendengar informasi bahwa ayah saya disebutkan menyimpan senjata di rumahnya seolah-olah sebagai persiapan kudeta PKI di Aceh. Ini tidak benar, ini fitnah.

Sama-sekali tidak benar semua itu. Yang benar, di pekarangan di belakang rumah kami di Banda Aceh, memang kadang ditemukan granat yang sudah tidak berfungsi.

Rumah kami terletak di dalam kompleks PJKA, dan di belakang pekarangan rumah kami adalah gudang perbekalan militer.

AFP
"Rumah kami terletak di dalam kompleks PJKA, dan di belakang pekarangan rumah kami adalah gudang perbekalan militer," ungkap Setiady. (Foto: Monumen kokomotif dan gerbongnya berdiri di lokasi bekas stasiun kereta di Kota Banda Aceh).

Di bawah kolong gudang perbekalan militer itu, ada banyak ditemukan termos, granat yang tidak aktif lagi, sangkur. Saya bahkan mengambil sangkur atau granat itu dari sana.

Memang kalau ketahuan, kami bisa dimarahi, tapi namanya juga anak-anak. Saya memang yang sering main ke gudang itu dan membawanya untuk main-main saja.

Inilah kemudian dikatakan oleh rezim saat itu bahwa ditemukan granat di dalam rumah. Padahal bapak saya tidak pernah menyimpan senjata atau granat di rumah.

Saya tidak pernah melihat bapak menyimpan pistol. Kalau dia menyimpan senjata, kami akan tahu karena rumah kami ukurannya kecil. Perabot di rumah juga tak banyak.

Itulah sebabnya tuduhan rezim Orba itu fitnah belaka. Sebuah rekayasa untuk meyakinkan orang-orang di Aceh bahwa ayah saya berencana untuk melakukan pemberontakan.


Tulisan ini merupakan bagian dari liputan khusus Pembantaian massal 1965 di Aceh — Kisah Algojo, korban terlupakan dan upaya penyembuhan di situs BBC News Indonesia.

Anda juga bisa menyimak kisah ini di Siaran Radio Dunia Pagi Ini BBC Indonesia dan siniar kami di Spotify.

Produksi visual oleh Anindita Pradana. Grafis oleh tim jurnalis visual East Asia BBC News.

Wartawan Sinarpidie.co di Sigli, Aceh, Firdaus Yusuf berkontribusi sebelum dan selama liputan ini di kota Sigli, Aceh.

Penulis : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU