> >

Bagaimana Cara Menuju Study Life Balance? Baca Ulasannya, Yuk!

Advertorial | 21 November 2022, 10:34 WIB
Tangkapan layar virtual talkshow Entering Study Life Balance Check bersama Bluebird. (Sumber: Dok. KompasTV)

KOMPAS.TV – Kesibukan pelajar masa kini sehari-hari sering menyebabkan mereka kesulitan menyeimbangkan antara akademis dan kehidupan sosial. Akibatnya, banyak pelajar yang terlalu fokus di urusan akademis sehingga terkesan kuper atau anti-social.

Di sisi lain, ada juga pelajar yang terlalu asyik bersosialisasi sehingga sisi akademisnya tak jarang terbengkalai. Karena itu, dibutuhkan kemampuan membagi waktu agar keduanya dapat berjalan seimbang.

Akhir-akhir ini, terdapat istilah study life balance yang sering dibahas di kalangan generasi milenial dan generasi Z. Istilah tersebut berpandangan sama seperti work life balance yang berarti keseimbangan untuk membagi antara waktu bekerja, keluarga, me-time, dan hal lainnya.

Menurut University Of Worcester (2021), hidup seimbang terjadi ketika pelajar dan mahasiswa menampilkan usaha terbaiknya dalam menangani tugas akademis, sekaligus mampu meluangkan waktu melakukan aktivitas sosial, olahraga, dan budaya.

Berdasarkan hal tersebut, Bluebird dan KompasTV pada Jumat (11/11/2022) mengadakan virtual talkshow untuk mendiskusikan pentingnya menjaga keseimbangan hidup pelajar. Kegiatan bertema “Entering Study Life Balance Check” ini diselenggarakan melalui Zoom dan diikuti oleh peserta yang mayoritas merupakan pelajar dan mahasiswa.

Baca Juga: Bos Blue Bird Sebut Tarif Taksi dan Ojek Online Kini Beda Tipis

Narasumber yang hadir adalah Rica Asrosa, peraih beasiswa LPDP untuk gelar Master dan PhD di University College London jurusan MsC Advanced Materials Science. Rica pun adalah dosen muda di Universitas Sumatera Utara dengan sederet prestasi membanggakan. Rica juga sering membagikan tips berkuliah, mendapatkan beasiswa, hingga travelling di London melalui media sosial.

Selain itu, Alamanda Shantika selaku Komisaris Independen PT Blue Bird Tbk yang merupakan lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) jurusan Teknologi Informasi Artificial Intelligence pun turut menjadi narasumber dalam virtual talkshow ini. Alamanda dikenal juga sebagai Founder & President Director Binar Academy.

Alamanda pernah meraih sejumlah penghargaan, antara lain 4.0 Under 40 dari Marketeers (2017), Women in Tech dari Habibie Festival (2017), dan Inspiring Woman of The Year dari Elle Style Awards (2018). 

Kedua perempuan berprestasi ini membagikan tips dan pengalamannya selama menempuh pendidikan agar study life balance bisa tercapai. Simak, yuk!

1. Menentukan prioritas

Menurut Rica, study life balance perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan baik secara fisik maupun mental, serta tetap produktif dalam kegiatan sehari-hari. 

Produktivitas sehari-hari dapat tercapai dengan menentukan prioritas kehidupan dan pembagian waktu. Rica menceritakan pengalamannya mengorbankan waktu bermain demi memprioritaskan persiapan meraih beasiswa LPDP. 

Saat itu, Rica yang baru lulus S1 langsung ingin melanjutkan S2 dengan beasiswa LPDP. Selama 6 bulan, Rica belajar secara intensif dan menyiapkan segala berkas maupun dokumen sehingga tidak sempat sering berkumpul bersama teman.

Pengalaman terkait penentuan prioritas juga dirasakan oleh Alamanda. Alamanda yang sedari kecil sudah tertarik pada matematika bercita-cita mempelajari coding dengan berkuliah di luar negeri. Saat ingin memulai kuliah, ayah Alamanda jatuh sakit dan terkena stroke

Akhirnya, Alamanda memutuskan untuk berkuliah di Binus dengan mengambil double degree jurusan IT dan matematika. Dengan begitu, Alamanda tetap bisa meraih mimpinya tanpa perlu jauh dari sang ayah. 
 

2. Time management

Sebagai seorang komisaris independen di perusahaan Bluebird pada usia muda, Alamanda menyampaikan pentingnya manajemen waktu. Menurutnya, manajemen waktu yang baik sangat perlu diterapkan sedini mungkin agar tetap stabil dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. 

Selain jurusan IT dan matematika, Alamanda sempat mengambil kelas desain. Sayangnya saat itu Alamanda merasa cukup kewalahan sehingga memutuskan tidak melanjutkan kelas desain tersebut. 

Belajar dari hal tersebut, Alamanda memahami manajemen waktu untuk belajar maupun bekerja. Mengatur time management bisa dilakukan dengan membuat to-do-list harian berdasarkan prioritas atau mendahulukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Usahakan untuk fokus menyelesaikan satu pekerjaan dahulu tanpa melakukan multitasking.

3. Memperluas networking

Memperluas networking menjadi poin penting juga dalam mencapai study life balance. Dengan pengalamannya mengambil gelar PhD, Rica bercerita selama berkuliah S3 mahasiswa dituntut untuk lebih banyak melakukan diskusi dengan dosen dan pelajar lain untuk menemukan celah dalam pembelajaran dan penelitian.

Hal itulah yang membuat Rica merasa sebagai seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk memperluas networking.

Rica menambahkan, memiliki relasi yang luas akan mempermudah perkuliahan karena bisa menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu bermodalkan koneksi. Sebagai pertimbangan, tidak ada salahnya untuk mencoba bergabung di komunitas sesuai minat dan kesamaan hobi.

Melalui komunitas, pelajar tetap bisa menekuni hobi dan bersosialisasi tanpa melupakan akademis. Komunitas di sekolah atau kampus dapat menjadi tempat persiapan kehidupan sosial sebelum terjun langsung di dunia kerja dan masyarakat.

4. Meluangkan waktu untuk diri sendiri

Rica berpandangan, untuk mencapai hidup yang seimbang, tidak hanya tentang interaksi sosial saja, tapi bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan diri sendiri secara interpersonal.

Para milenial dan generasi Z mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah me time. Sesuai namanya, me time adalah istilah saat seseorang meluangkan waktu dan ruang untuk diri sendiri agar bisa tenang, terutama saat merasa terlalu stres dan lelah menjalani kehidupan sehari-hari.

5. Mengetahui sejauh mana kemampuan diri 

Poin lain yang tidak kalah penting adalah tidak menyepelekan kesehatan fisik dan mental. Kita perlu mengenali kemampuan dan batas diri sendiri dengan baik agar tidak melampauinya. Istilah lainnya, self awareness dan kemampuan untuk berkata stop pada diri sendiri perlu dilakukan.

Sebelum memutuskan untuk mengejar suatu goal, ada baiknya juga mengukur terlebih dahulu kemampuan diri. Bila dirasa masih belum cukup untuk mencapainya, sebaiknya menyiapkan diri sebaik mungkin. Hindari juga bersikap terlalu perfeksionis 

Baca Juga: Profil Indra Priawan, Bos Blue Bird Group Calon Suami Nikita Willy

Alamanda menekankan, tiap orang memiliki value-nya tersendiri. Untuk menempuh kesuksesan dan keberhasilan sering kali dibutuhkan proses berliku. Oleh sebab itu, tiap individu sebaiknya tetap fokus mengejar impian dan tidak mudah menyerah bila menemui kegagalan dengan tetap mengukur kemampuan diri sendiri.

Alamanda menambahkan tujuan hidup perlu digantungkan untuk bisa terus dikejar dan dicapai. Dalam proses mencapai tujuan pun kita perlu percaya pada diri sendiri jangan mudah menyerah.

Sebagai penutup, Rica menyampaikan pentingnya untuk mengetahui tujuan hidup kita, dan hal-hal apa saja yang membuat kita senang dan bersemangat. Dengan melakukan hal yang disenangi, akan membuat kita fokus pada proses. Sehingga apapun hasilnya berhasil atau tidak, kita mampu belajar dari proses yang dilalui dan bisa berbangga diri. 

Baca Juga: Wishnutama Pastikan Kesiapan Blue Bird Fasilitasi TransportasiTenaga Medis


Alamanda Shantika membuktikan penerapan study life balance membawa dirinya ke jenjang karier yang cemerlang. Alamanda menggunakan pendidikan dan pengalamannya untuk berkarier di dunia teknologi, salah satunya melalui Binar Academy.

Alamanda memaparkan keinginannya bisa terus berkontribusi memberikan banyak impact untuk orang lain. Karena itu, Alamanda mendirikan Binar Academy sebagai tempat belajar bagi siapa saja yang berminat di bidang teknologi.

Uniknya, Alamanda memutuskan untuk bergabung dan menjadi komisaris independen di PT Blue Bird Tbk, perusahaan transportasi yang tergolong mature. Alamanda mengungkapkan keinginannya memajukan Bluebird, termasuk memperjuangkan para driver yang berjuang untuk keluarga serta orang terdekatnya.

Alamanda melihat Bluebird sebagai perusahaan yang terus berinovasi. Sebagai informasi, Bluebird adalah taksi pertama yang menggunakan argometer. Bluebird juga mengembangkan aplikasi dan sistem pembayaran sehingga penumpang tidak terbatas menggunakan uang tunai.

Seorang peserta talkshow bertanya kepada Alamanda terkait cara Bluebird mempertahankan eksistensi di tengah persaingan taksi online. Menurut Alamanda, Bluebird merupakan perusahaan yang merupakan perusahaan yang mengedepankan happiness and human connection

Alamanda menceritakan pengalamannya berdiskusi dengan Ibu Noni, Komisaris Utama PT Blue Bird Tbk. Di tengah era digitalisasi, Bluebird mempertahankan sistem konvensional karena tidak semua penumpang melek teknologi, terutama bagi mereka yang berusia lanjut. Menurut Noni, kunci bertahan di tengah disrupsi teknologi adalah mempertahankan jati diri.

Bluebird selalu berusaha untuk mengantarkan kebahagiaan bagi para penumpang. Karena itu, Bluebird tidak sembarangan memilih para driver dan mengadakan pelatihan agar para driver sesuai standar. 

Bluebird juga berupaya menjadi perusahaan transportasi yang sustainability dan berkomitmen mengurangi 50 persen karbon emisi tahun 2030. Salah satunya dengan menyiapkan 30 unit kendaraan listrik untuk mendukung KTT G20 di Bali.

Penulis : Adv-Team

Sumber : Kompas TV


TERBARU