> >

Beban Ganda Tenaga Medis Perempuan di Tengah Pandemi

Advertorial | 18 Desember 2020, 17:49 WIB
Tenaga medis perempuan di ruang isolasi Covid-18 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. (Sumber: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Selama 8 jam, tenaga medis perempuan harus menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) lengkap. Di dalam dekapan APD yang panas dan sesak, para tenaga medis tetap harus harus waspada terhadap risiko kerusakan APD. 

Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk saling mengawasi keamanan APD satu sama lain.

Baca Juga: Kondisi Kesehatan 24 Tenaga Medis Terinfeksi Covid-19 Semakin Membaik

Di samping tanggung jawab sebagai tenaga medis, perempuan juga melewati siklus melahirkan. Sementara menurut Bidan Iin Rosita, menentukan status bebas Covid-19 untuk ibu hamil di desa masih sulit.

Hal ini menyebabkan banyak keraguan baik bagi perempuan yang bertugas sebagai bidan maupun ibu hamil.

Tidak hanya itu, informasi yang salah juga kerap terjadi sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebihan dan banyak menyebabkan perubahan psikologi terhadap perempuan. 

Padahal selama pandemi, bukan hanya kesehatan medis yang harus dijaga tetapi juga kesehatan psikis.

Pentingnya sistem pendukung bagi perempuan

Untuk keluar dari situasi sulit, perlu kerja sama yang baik dari semua pihak. Tidak hanya dari tenaga medis, tetapi juga seluruh masyarakat.

Di tingkat lingkungan sekitar misalnya, Iin Rosita juga berperan sebagai agen sosialisasi di samping sebagai bidan. Tidak hanya itu, Iin juga membuka kesempatan bagi perempuan lain yang mau berkontribusi melalui Ojek Ibu Hamil.

“Ini semuanya perempuan, kita tidak ada kader laki-laki dalam Ojek Ibu Hamil. Alhamdulillah sekarang sudah ada di 13 desa dengan sukarelawan 40 kader,” ungkap Iin.

Ojek Ibu Hamil digagas Iin agar keamanan ibu hamil terjaga. Seluruh kader dipastikan dalam kondisi sehat dan mengerti tindakan apa yang harus diambil saat terjadi kondisi gawat di jalan.

Senada dengan tindakan Iin, PPPA juga mengingatkan bahwa kerja sama yang baik antara suami dan istri harus terjadi di dalam rumah. 

Meskipun perempuan sering mengambil peran dalam mengurus keluarga, menjaga anak merupakan tanggung jawab bersama yang harus juga dilakukan laki-laki.

Dengan support system yang kuat, beban perempuan bisa sedikit terangkat.

“Kalau ditanya apa perbedaan perempuan, kalau ditanya bagaimana seorang perempuan menyikapi kecapekan mental ini, saya rasa perempuan punya support system yang kuat,” ujar Debryna.

“Kita saling support satu sama lain. Kita saling ngobrol, saling curhat apapun itu. Jadi secara mental memang, semoga kami lebih kuat,” tutupnya.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU