Kompas TV advertorial

Perjalanan Mencapai 23 Persen Dominasi Energi Bersih

Kompas.tv - 29 Oktober 2021, 17:40 WIB
perjalanan-mencapai-23-persen-dominasi-energi-bersih
Ilustrasi energi baru terbarukan. (Sumber: Getty Images)
Penulis : Elva Rini

Bin Boy dan Ihram adalah operator PLTS yang rutin meninjau listrik warga di sepanjang Dusun Tanjung Keramat.

Operator bisa menjadi lebih sibuk saat musim angin barat atau masuk musim hujan. Cuaca mendung membuat pasokan listrik ke warga sepenuhnya bergantung pada cadangan listrik pada baterai.

Kondisi itu membuat Boy dan Ihram harus melakukan pembatasan. Caranya dengan mengatur jadwal pemadaman aliran listrik ke warga.

Di Sulawesi, telah dibangun dua pembangkit listrik tenaga bayu (PTLB) yang total daya penuhnya mencapai 147 MW. Walau demikian, kontrak penjualan tenaga listrik dari dua pembangkit itu kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tidak penuh. Di Sidrap, misalnya, kontraknya sebesar 70 MW dan di Jeneponto sebanyak 60 MW.

Salah satunya, PLTB Sidrap, diresmikan Presiden Joko Widodo pada Juli 2018. Dengan kapasitas 75 megawatt, PLTB Sidrap menjadi pembangkit bertenaga bayu terbesar di Indonesia.

Baca Juga: PLTU Batu Bara Bakal Pensiun Dini, Pemerintah Tegaskan Semua Bebasis EBT

PLTB kerap menghadapi musim angin kencang dan saat angin rendah. Biasanya, musim angin kencang terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dan puncaknya adalah Juli hingga September.

Saat kecepatan angin rendah di musim peralihan, putaran dan energi yang dihasilkan tak sama saat puncak musim angin. Para pengelola biasa memanfaatkan saat ini untuk merawat turbin.

”Pergantian musim adalah kondisi terendah angin. Jika kecepatan angin belum sampai 3 meter per detik, turbin belum bisa berputar. Di sini rata-rata kecepatan angin 10-12 meter per detik. Kalau lagi bagus-bagusnya, bisa 12-20 meter per detik,” kata Manajer Operasi PLTB Sidrap Pribadhi Satriawan.

Di luar potensi angin, Sulawesi juga punya potensi air yang cukup besar. Saat ini yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit di antaranya PLTA Sulewana di Poso, Sulawesi Tengah, yang dibangun oleh PT Poso Energi.

Sekitar 315 MW sudah masuk dalam sistem Sulbagsel dan dalam beberapa bulan ke depan, pembangunan tahap ketiga akan rampung dengan kapasitas lebih dari 200 MW. Artinya, PLTA Sulewana akan menyalurkan listrik sebanyak 515 MW ke PLN.

Senior Manager Operasi Sistem PLN UIKL Sulawesi Anton Sugiarto mengatakan, potensi sumber energi terbarukan di Sulawesi, terutama Sulbagsel, memang cukup besar. Dua jenis yang paling berpotensi dikembangkan adalah bayu dan air. Potensi hidro bahkan mencapai 5.400 MW dan yang dimanfaatkan baru sekitar 700 MW.

”Khusus untuk Sulawesi, energi terbarukan ini ada yang berasal dari hidro, ada yang dari panas bumi (geotermal), kemudian bayu dan surya. Saat ini total bauran energinya hampir 30 persen atau setara 860 MW. Artinya, ini sudah melampaui target bauran nasional yang 23 persen untuk tahun 2025,” tutup Anton.

Program Jelajah Energi Nusantara dapat dinikmati setiap Senin di Harian Kompas, Kompas.id, dan media sosial Harian Kompas pada selama bulan Oktober hingga November 2021. Klik di sini untuk membacanya ya!

(ahr)




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x