Kompas TV video sinau

Ini Alasan Varian Baru Covid-19 Semakin Banyak, Dari Varian Alpha, Beta, Delta Hingga Kappa!

Kompas.tv - 8 Juli 2021, 00:51 WIB
Penulis : Abdur Rahim

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Dalam dua minggu terakhir, Indonesia telah memecahkan beberapa kali rekor baru angka positif harian Covid-19.

Hari ini (7/7), tercatat sebanyak 34.379 orang terinfeksi Covid-19. Ini merupakan angka tertinggi sejak pandemi melanda Indonesia.

Dengan penambahan tersebut, total kasus positif di Indonesia saat ini berjumlah 2.379.397 kasus.

Kondisi ini diperparah dengan maraknya varian-varian baru Covid-19 yang dinilai menyebar lebih cepat dan lebih  berbahaya. 

Tiga dari empat varian baru berbahaya (variant of concern) Covid-19 versi WHO, telah masuk ke Indonesia, yakni varian Alpha, Beta dan Delta.

Ketiga varian ini berpotensi membuat kondisi  Covid-19 di tanah air semakin parah.

Baca Juga: Memahami Proses Mutasi Virus Hingga Menjadi Varian Baru - POLLING #33

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, terbentuknya varian-varian baru merupakan hasil dari mutasi virus Covid-19.

Amin menyebut, setiap virus memiliki informasi genetik. Untuk mempertahankan diri, virus berkembang biak dengan mereplikasi diri.

Kesalahan dalam penyalinan informasi DNA bisa saja terjadi saat virus mereplikasi diri secara random atau acak.  Proses ini dinamakan dengan mutasi. 

“Virus itu ketika mereka replikasi, memperbanyak diri, mereka membuat salinan dari informasi genetiknya. Ketika menyalin itulah terjadi salah salin, yang tadinya A, bisa diganti dengan T. Ada adisi (penambahan), atau delisi (pengurangan) atau substitusi (penggantian)”, ungkap Amin saat diwawancara dalam program Podcast Keliling Kompas TV (5/7).

Baca Juga: Varian Kappa Masuk Indonesia, Seberapa Bahayakah?

Amin Menambahkan, kebanyakan proses mutasi membuat virus lebih lemah. Meski demikian, 4-5 persen dari hasil mutasi tersebut membuat virus lebih kuat dan lebih berbahaya sehingga harus diwaspadai.

“Sekitar 40 persen itu justru membuat virus itu mati. Sekitar 30% membuat virus lebih lemah, sekitar 20%an membuat virus itu tidak berubah apa-apa, tidak tambah kuat, tidak tambah lemah. Jadi hanya sekitar 4 – 5% saja dari mutasi-mutasi yang terjadi yang menyebabkan virus itu tambah fit. Tapi kita mesti ingat, yang 4 persen itu adalah yang terpilih”, pungkasnya.

Selama pandemi masih ada, proses mutasi virus masih akan tetap terjadi.

Oleh karena itu, untuk menghentikan proses mutasi, masyarakat diimbau untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan, agar persebaran covid-19 dapat diatasi.

 

Editor Video : Vila



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA


Close Ads x