Kompas TV religi beranda islami

Apa Beda Haq dan Bathil? Begini Penjelasan Lengkapnya

Kompas.tv - 22 Maret 2024, 16:55 WIB
apa-beda-haq-dan-bathil-begini-penjelasan-lengkapnya
Perbedaan haq dan bathil (Sumber: Kompas.tv)
Penulis : Kiki Luqman | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam kisah kehidupan, seringkali kita menemui simpangan yang mengharuskan memilah di antara dua jalan, haq dan bathil.

Konsep ini tak hanya sekadar filsafat, tetapi sebuah petunjuk yang mencakup moralitas, hukum, dan dinamika sosial kita.

Perbedaan Haq dan Bathil

Pertama-tama, kita harus memahami hakikat haq dan bathil. Dalam buku "Millennial Moslems" karya Ipnu Rinto Nugroho (2020:83), haq atau hak, digambarkan sebagai kebenaran sejati, yang mencakup segala yang diperintahkan Allah SWT.

Sementara batil atau bathil, berasal dari kata bathala, yabthulu, mengandung arti keburukan, palsu, atau bertentangan dengan kebenaran.

Allah SWT membuat sebuah perumpamaan antara haq dan bathil. Allah SWT berfirman,

أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ

Artinya, “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra'd Ayat 17)

Haq dan Bathil yang Tidak Boleh Dicampur Adukkan

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”. (Al-Baqarah; 42)

Perintah Allah kepada kita agar kita tidak mencampur adukkah antara haq dengan bathil tersebut mengandung dua makna; pertama berkenaan dengan ibadah, dan kedua berkaitan dengan aqidah. 

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan artian; jangan kamu campur aduk yang haq dengan yang bathil, yakni jangan kamu palsukan yang haq dengan yang bathil, yang benar dengan yang palsu.

Mengenal antara haq dan bathil membawa kita pada sebuah perjalanan spiritual dan intelektual yang mendalam. Ini adalah landasan bagi kebenaran yang mengilhami perilaku kita dan membangun masyarakat yang adil dan bermartabat. 

Jadi, dalam memahami haq dan bathil, kita tidak hanya mengenal kebenaran, tetapi juga membangun kebenaran dalam diri dan dalam dunia kita.

Baca Juga: Pengertian Silent Majority, Istilah yang Viral Pasca Quick Count Pemilu 2024

Kebenaran dan Kebatilan Bagaikan Pohon

Berbicara tentang kebenaran, Al-Qur’an memberi kita analogi yang indah, “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah Membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhan-nya.” (Ibrahim 24-25)

Menurut para mufassir kalimat toyyibah dalam ayat ini adalah kalimat tauhid. Ada bermacam tafsiran mengenai makna kalimat tauhid, tapi yang jelas kalimat itu adalah kebenaran. Dan kita meyakini kebenaran itu berwujud Islam.

Pertama, Allah ingin menegaskan bahwa kebenaran itu pasti toyyibah (indah). Kata indah di sini berlaku untuk keseluruhan. Secara dhohir dan batinnya harus indah. Karenanya, kita harus mempertanyakan jika ada orang yang memperjuangkan kebenaran dengan cara yang buruk bahkan keji. Kebenaran mana yang sedang ia perjuangkan?

Kebenaran itu tetaplah indah dan baik meski hanya segelintir orang yang ikut bersamanya. Dan kebatilah tetaplah buruk meski sangat banyak pengikutnya, “Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.” (Al-Ma’idah 100)

Dalam ayat ini, Allah tidak menggambarkan Islam sebagai batu, namun Allah menyebutnya seperti pohon. Islam tak seperti batu yang kuat namun tidak tumbuh dan bergerak.

Islam adalah pohon yang memiliki akar kuat sehingga tidak ada yang bisa menggoyahkan batangnya. Tidak hanya kuat, pohon itu memiliki cabang yang menjulang ke langit dan selalu menghasilkan buah.

Begitulah Allah menggambarkan Islam. Islam bukan agama yang jumud dan kaku. Ia selalu fleksibel, up to date dan fresh.

Di sisi lain ada kebatilan, bagaimana Allah menggambarkannya?

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Ibrahim 26)

Kebatilan itu pasti buruk. Walau ia diikuti oleh mayoritas, walau ia dibungkus dengan tampilan yang indah. Kebatilan akan tetap buruk. Ia bagaikan pohon yang tak memiliki akar. Coba bayangkan sebuah pohon tanpa akar. Tak menunggu angin keras, ditiup pun ia akan runtuh. Kebatilan tidak pernah stabil. 

Terkadang terlihat amat kuat, padahal di dalamnya sangat rapuh. Kekuatannya semu. Hanya menunggu waktu saat para pejuang kebenaran tiba, kebatilan akan segera lenyap.

Haq dan Bathil dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Haq dan bathil dalam urusan tauhid: Percaya dan yakin Allah SWT adalah Tuhan seluruh alam dan apa bila manusia tidak beriman maka ini juga dapat dikatakan sebagai bathil.
  • Haq dan bathil dalam urusan fikih atau ibadah: Melakukan infaq atau sodaqoh itu merupakan haq (kebenaran) harus diikuti, namun kegiatan infaq akan menjadi bathil jika disertai perbuatan ria ataupun pamer. Dalam Al-Qur’an dijelaskan pada Surah Al-Baqorah ayat 264, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
  • Haq dan bathil urusan muamalah: Melakukan jual-beli itu haq, namun adapun larangan muamalah dalam Islam di antaranya yaitu riba. Riba dalam Islam adalah tambahan dalam aktivitas utang piutang dan jual beli. Terdapat macam-macam riba dalam kehidupan sehari-hari yang perlu ditinggalkan, seperti riba jahiliyah dan riba nasiah dalam transaksi perbankan konvensional.

Baca Juga: Penetapan Awal Ramadan Berpotensi Berbeda, Wapres Ma'ruf Amin: Kita Harus Pengertian dan Legawa




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x