Kompas TV religi beranda islami

Menuntut Ilmu Tanpa Kehadiran Guru

Kompas.tv - 31 Desember 2020, 21:11 WIB
menuntut-ilmu-tanpa-kehadiran-guru
Walaupun saat ini teknologi sudah terbilang maju sehingga memudahkan kita untuk belajar agama, namun bagi penuntut ilmu sebaiknya tetap upayakan memiliki guru agar memperoleh pengajaran yang lebih tepat. (Foto Ilustrasi: Wendy van Zyl, Pexels)
Penulis : Agung Pribadi

Sesungguhnya pada diri setiap muslim memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena dengan menuntut ilmu, seorang muslim bisa menjadikan dirinya memiliki derajat yang lebih tinggi.

Dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda,

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

Hal ini telah mendorong dan membuat sebagian dari kita berlomba-lomba meraih, mengejar ilmu dengan caranya masing-masing.

Namun diantara para penuntut ilmu, ada pula yang mempelajari ilmu agama tanpa kehadiran seorang guru.

Walaupun saat ini teknologi sudah terbilang maju sehingga memudahkan kita untuk belajar agama, tapi sebaiknya tetap upayakan memiliki guru agar memperoleh pengajaran yang lebih tepat.

Mengutip penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dari kitab Al-Ilmi yang diterangkan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal bahwasanya untuk meraih ilmu setidaknya dapat di tempuh melalui dua cara.

Cara pertama adalah mempelajarinya dari buku yang terpercaya, kemudian cara kedua adalah menggali ilmu dari ulama atau seorang ustadz yang pakar secara langsung.

Hanya saja bila kita memilih cara pertama setidaknya dapat memunculkan dua problema, yakni:

Membutuhkan waktu yang lama dan bilamana ilmunya lemah, mudah ditemukan banyak salahnya karena tidak memiliki dasar dan kaedah yang kuat.

Sedangkan cara kedua membuat ilmu lebih cepat meresap dan dikuasai serta mengurangi risiko pemahaman yang keliru, kedangkalan ilmu atau karena sebab lainnya.

Belajar melalui seorang guru, juga memungkinkan terjadinya interaksi yang membuat guru dan murid berdiskusi sehingga terbuka pemahaman ilmu yang lebih baik dan memudahkan murid meraih kesimpulan serta menyaksikan langsung pendapat terkuat serta pendapat yang lemah.

Dalam sebuah cerita di gambarkan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari upaya belajar tanpa memiliki guru.

Di kisahkan mengenai Tuma al-Hakim seorang tabib yang menjadi simbol kebodohan pada masa itu.

Sepeninggal kematian Ayahnya yang seorang dokter. ia mewarisi banyak buku kedokteran milik orang tuanya itu.

Ia pun larut dalam kesibukan membaca serta menelaah buku-buku tersebut, dan disitu ia membaca kalimat sebuah hadist pada sebuah buku yang berbunyi :


"Habbatusauda (jintan hitam) adalah obat untuk segala penyakit." (HR. Bukhari).

Namun karena kitab yang ia baca telah usang atau mengalami kesalahan tulis, sehingga satu titik huruf ba menjadi dua titik, jadilah dia baca:


yang artinya adalah "Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit."

Dalam satu riwayat, akhirnya ia meninggal dunia karena digigit ular hitam saat pergi mencarinya untuk obat, sedangkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang karena memberi mereka obat yang terbuat dari olahan ular hitam.

Contoh kisah di atas menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah suatu ilmu tanpa seorang guru yang berpengalaman. Bukan hanya menimbulkan kesesatan bagi diri sendiri, tapi juga menyebabkan kesesatan bagi orang lain.

 

Wallahu a’lam bish-shawab




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x