Kompas TV regional jawa tengah dan diy

Belajar dari Kasus Antraks di Gunungkidul, Ahli: Penularan AntarManusia Tak Terbukti Ada!

Kompas.tv - 30 Juli 2023, 05:50 WIB
belajar-dari-kasus-antraks-di-gunungkidul-ahli-penularan-antarmanusia-tak-terbukti-ada
Petugas menyuntikkan antibiotik pada sapi ternak di Desa Pucanganom, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (18/1/2020). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penularan penyakit antraks sejak akhir Desember 2019. (Sumber: KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO )
Penulis : Redaksi Kompas TV | Editor : Gading Persada

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Sempat viral soal antraks yang bikin seorang warga di Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia, memunculkan kekhawatiran di masyarakat. Para ahli pun meminta kegusaran itu disingkirkan lantaran antraks tidak menular antarmanusia.

"Penularan antarmanusia terbukti tidak ada hingga saat ini. Jadi jika ada anggota keluarga yang terkena antraks jangan khawatir tertular karena penularan antraks hanya ada antara hewan dengan manusia bukan manusia ke manusia, tidak seperti kasus Covid-19," ujar pakar sekaligus peneliti Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Dr dr Dhani redhono harioputro SpPD K-PTI FINASIM, Sabtu (29/7/2023).

Meski begitu, ungkap Dokter Dhani, kewaspadaan wajib ditingkatkan meski demikian tidak membuat kepanikan.

Adapun meski pun potensi kasus penularan antraks dari hewan ke manusia cukup tinggi namun pakar memastikan hingga saat ini tidak terbukti ada penularan antraks dari manusia ke manusia. 

Menurut pria yang juga Ketua Tim Antraks RS Moewardi Solo ini, antraks merupakan penyakit infeksi yang menyerang hewan herbivora atau pemakan rumput. Jika hewan tersebut sakit dan terinfeksi maka dapat ditularkan ke manusia yang mengkonsumsi daging hewan tersebut sehingga menyebabkan pasien meninggal dunia.

Baca Juga: Brandu Lagi, 2 Warga Gunungkidul Alami Gejala Mirip Antraks

Ia menyatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul diminta meningkatkan kewaspadaan sebelum terjadi kasus. Permasalahan yang muncul di Semanu Gunungkidul terjadi karena ada brandu yakni kebiasaan—bahkan sudah menjadi tradisi—warga iuran memberikan uang kepada warga lain yang ternaknya sakit atau mati. Kemudian, daging ternak yang mati itu dibagi-bagikan

"Jadi hewan sudah mati diambil dan sembelih sendiri kemudian dagingnya dibagi bagi dan dijual ke warga untuk meringankan beban pemilik sapi yang mati. Selanjutnya daging ini dikonsumsi sendiri sendiri di tiap rumah," bebernya.

Sementara sapi yang mati milik warga yang mengandung kuman antraks yang akan menularkan ke manusia meskipun sudah diolah.

"Sekali lagi, ini yang sebenarnya terjadi di Gunungkidul itu. Kasusnya kan ada warga yang makan daging dari sapi yang sudah dikubur, kemudian disembelih lantas dagingnya dikonsumsi. Celakanya ternyata sapi ini terinfeksi antraks dan ternyata berujung warga yang mengkonsumsi dagingnya juga meninggal," papar pria yang juga Ketua Tim Penanganan Flu Burung RS Mawardi hingga 2012 itu.

Penularan pada manusia, ungkapnya, antraks terbagi atas 3 jenis yakni anthraks yang menyerang kulit, menyerang saluran pernafasan dan menyerang saluran cerna.
Ia menjelaskan, pada 2018 silam terdapat kasus antraks yang menyerang kulit dengan ciri kulit melepuh selama beberapa waktu.

Baca Juga: Kondisi Pasien Antraks yang Jalani Perawatan di RSUD Wonosari Mulai Membaik, Lukanya Mengering



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x