Kompas TV regional viral

Kisah Pilu Mahasiswi UNY dari Keluarga Miskin: Tak Mampu Bayar UKT, Wafat saat Berjuang Kuliah

Kompas.tv - 13 Januari 2023, 10:01 WIB
kisah-pilu-mahasiswi-uny-dari-keluarga-miskin-tak-mampu-bayar-ukt-wafat-saat-berjuang-kuliah
Foto ilustrasi Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kampus ini jadi viral setelah kisah seorang mahasiswi karena sempat minta keringanan kuliah. (Sumber: Website Kampus UNY)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Gading Persada

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Kisah RNF, mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang berasal dari keluarga miskin viral di media sosial.

Ia meninggal dunia saat berjuang kuliah, serta sempat minta keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dari kampus. 

RNF diketahui adalah seorang mahasiswi UNY angkatan 2020 dan berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah.

Sampai berpulang, ia terus berjuang agar mendapatkan keringan UKT dari kampus.

Sahabat RNF, Rachmad Ganta Semendawai lewat akun Twitternya @rgantas mengisahkan bagaimana sahabatnya itu berjuang sampai akhri hayat demi kuliah. Kisah itu viral di media sosial. 

"Dia mahasiswi angkatan 2020 yang terkendala UKT, tidak bisa bayar UKT," ujar Rachmad Ganta Semendawai saat dihubungi, Kamis (12/01/2023) dilansir kompas.com.

Ganta cerita, RNF bertekad kuliah bermodal Rp130 ribu untuk bertahan hidup. Orangtua RNF jualan sayur di pinggir jalan dan harus hidupi empat adik yang belum lulus sekolah. 

Ketika daftar kuliah UNY, RNF juga tidak punya laptop sehingga harus pinjam ponsel tetangganya.

RNF mengira hal itulah yang membuatnya mendapatkan UKT yang tinggi dengan muncul angka Rp3,14 Juta.

Saat itu RNF sempat akan mengubur keinginannya untuk berkuliah. Namun guru-guru di sekolahnya bahu membahu biayai semester awal perkuliahan RNF. 

"Di semester kedua, dia praktis hampir tidak bisa bayar lagi," tuturnya.

Baca Juga: Kasus Seorang Mahasiswi di Yogyakarta Tipu Belasan Driver Ojol Berakhir Damai

Meninggal saat Berjuang Kuliah

Ketika berjuang biaya kuliah, RNF juga sempat bolak balik dari rektorat UNY untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Tetapi, justru mengaku dilempar ke sana-sini sana-sini.

Waktu berlalu, RNF tetap semangat kuliah dan berharap UNY meringankan biaya kuliahnya. RNF sempat ingin menyerah. Ingin bantu keluarganya dengan langsung bekerja saja.

Hal itu disampaikan RNF kepada Ganta ketika masa pembayaran UKT mendekati deadline. Lalu, kampus UNY akhirnya memberi keringanan, jumlahnya kurang lebih cuma Rp600 ribu. Jauh dari biaya UKT UNY. 

Di detik-detik akhir jelang pembayaran, akhirnya dia bersama teman-temannya, serta dosen pembimbing akademik dan kepala jurusan membantu patungan biaya kuliah RNF.

Baca Juga: Mahasiswi Yogyakarta Tipu Belasan Driver Ojol, Ini Modus dan Kronologinya

RNF menyebut itu sebagai "keajaiban". Meski demikian, uang tersebut masih kurang dan orang tua harus mencari sisanya.

Pada semester 3, RNF tidak bisa melanjutkan studinya karena tidak mampu membayar UKT. 

Pada tanggal 9 Maret 2022 RNF mengembuskan nafas terakhirnya. Mimpi kuliah RNF pupus. 

Ganta cerita, RNF mengidap hipertensi. Ancamanan putus kuliah semakin memperburuk keadaannya. 

Menurut Ganta, ternyata persoalan UKT ini sudah lama sejak lama di UNY dan ditolak. RNF bukan korban pertama. 

"Hampir semua melakukan demonstrasi ke tingkat kampusnya dan akhirnya mental semua. Jadi solusi yang harus ditempuh ya pada tingkat yang lebih tinggi, bukan level rektorat. Pemegang kebijakan tertingginya di Nadiem Makarim," tegasnya.

Tanggapan Rektor UNY

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumaryanto menjawab isu RNF yang meninggal dan sempat berjuang keringanan UKT di UNY. 

 "Kalau tidak bisa membayar kirim surat ke rektor, Insya Allah mesti saya bantu itu komitmennya," tuturnya. 

"Jadi kami tidak ingin, keluarga besar kami tidak selesai studi hanya masalah uang, maka ajukan surat ke rektor. Kalau bukan UNY yang membantu, Sumaryanto secara pribadi," sambungnya. 

Menurut Rektor UNY,  ada mekanisme untuk pengajuan penurunan nominal UKT di UNY.

"Diketahui orangtua, juga pimpinan mengajukan ke rektor, bisa penundaan, bisa penurunan, bisa pembebasan. Pasti surat itu saya disposisi mohon untuk dipelajari, nanti jajaran biasanya Pak WR II," bebernya.

"Silahkan komplain kepada rektor, Pak Kami itu nggak kuat kalau diturunkan sekian. Itu pasti saya temui, kuatnya berapa tho Mas? Soalnya kenapa tho Mas? Kenapa tho Mba?" tuturnya.

Sumaryanto mengaku sedih jika ada mahasiswa yang tidak bisa membayar dan bahkan sampai depresi.

"Kalau kesulitan saya angkat anak asuh itu, kalau kesulitan kos bisa di rumah saya. Saya minta datanya yang itu tadi (RNF), akan saya follow up, akan saya cari datanya. Sedih saya mendapat kabar seperti itu," pungkasnya.




Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x