Kompas TV regional sosial

Krisis Iklim Ancam Pesisir, Tambaklorok Semarang Mulai Tenggelam

Kompas.tv - 28 Desember 2022, 21:18 WIB
krisis-iklim-ancam-pesisir-tambaklorok-semarang-mulai-tenggelam
TPU Tambakrejo, Semarang Utara, yang tenggelam karena kenaikan permukaan air laut, sebagai akibat dari perubahan iklim. (Sumber: Kompas TV/Glenys Octania)
Penulis : Glenys Octania | Editor : Hariyanto Kurniawan

“Mertua saya sendiri (bilang), ‘ora bakal rob sampe (enggak bakal air rob sampai ke permukiman)’. Saya bilang ke istri, (kenyataannya) rumah mertua saya sampai hilang, air di atas atap, (padahal) sebetulnya rumah.”

Baca Juga: Jokowi: Pemerintah Kerja Konkret Perbaiki Lingkungan sebagai Komitmen Hadapi Perubahan Iklim

Tangapan Ahli dan Harapan Warga

Kerugian materiel dan nonmateriel yang menerpa, membuat sejumlah warga Tambaklorok harus merelakan sejumlah keluarganya terbenam oleh pasangnya air laut ternyata telah diprediksi oleh Peneliti Geodesi dan Geomatika Institut Teknik Bandung (ITB) Heri Andreas dalam penelitiannya. 

“Di Tambaklorok (turun) sekitar 10 cm per tahun. Dari catatan kita sudah turun lebih dari 10 tahun tanah di sana. Mungkin dari awal (tahun) 2000-an. Mungkin sudah 2 meter turunnya,” ujar Heri.

Heri menjelaskan, struktur muka tanah di kawasan Tambaklorok dapat berubah-ubah berdasarkan faktor pendukung area tersebut.

”Tipikal tanah pesisir Semarang tanah lunak jadi secara alamiah tanah lunak pasti turun. Kalau diberi beban akan tambah turun, terlebih dilakukan eksploitasi air tanah, akan terjadi kompaksi (pemadatan) akuifer. Akan tambah turun lagi. Di Tambaklorok tiga faktor itu menambahkan satu dengan lainnya,” papanya.

Kerugian nonmaterial pun dirasakan oleh sejumlah warga yang harus merelakan makam atau petilasan orang tua mereka terbenam oleh air laut karena keterbatasan biaya di Tambaklorok. 

“(Makam) bapak saya dekat tembok bibir laut. Ya mau enggak mau ikhlas, tetap kita doakan, (itu sudah) tugas kewajiban keluarga untuk orang tua. Kepingin ada yang sempat, ada yang belum karena proses evakuasi pencarian makam kesulitan juga butuh biaya untuk pengangkatan jenazah,” ungkap Heri, warga yang makam orangtuanya terbenam. 

Ketua RW 16 Tambaklorok, Slamet Riyadi, mengungkapkan keinginan sejumlah warga agar areal pemakaman dapat berfungsi seperti sedia kala. 

“Harapan kami, berkeinginan bisa difungsikan Kembali. Ini satu-satunya tempat warga kami meninggal, tidak jauh-jauh pemakamannya. Sekali lagi (kami minta) pemerintah kota dan provinsi untuk bisa, paling tidak, memberikan kembali lahan ini berfungsi sebagai TPU,” ujarnya.

Baca Juga: G7 akan Membentuk Klub Negara-Negara untuk Mengatasi Krisis Iklim

Upaya Pemerintah Kota dan Tantangannya

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tengah mengupayakan jalan keluar terbaik bagi sejumlah warga melalui pembangunan tanggul. Berdasarkan perencanaan Pemkot Semarang, pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana memastikan pembangunan akan bisa dimulai. Pemkot telah mempersiapkan anggaran pada tahun ini dan selesai pada Maret 2024. 

“Peningkatannya 10 cm per tahun. Elevasi 3 meter di atas permukaan air laut. Kurang lebih 1 meter. Kurang lebih 2 meter rob tanggul dengan penurunan tanah. Jadi 3 meter. Ini kan start (mulai) jalan pantura disambung Indonesia Power di Tanjung Mas keliling 2.187 meter, 2 km lebih. Anggaran Rp240,028 miliar,” pungkas Kabid BBWA Pemali Juana, Mustofa.

Di lain pihak, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menganggap percepatan pembangunan tanggul merupakan solusi terbaik. “Tanggul yang dibangun mudah-mudahan bisa memperkuat dan mengantisipasi, supaya enggak turun ke perumahan sekitar,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Samarang Anggie Ardhitia.

Anggie menambahkah, pihaknya telah menjalankan program kecamatan tahan bencana (Katana) jika telah memenuhi standar akan naik tingkat dan meningkatkan partisipasi relawan mereka. 

“Kebetulan ada relawan KSB dan Katana. Kalau sudah memenuhi kriteria, sudah meningkat, kita tingkatkan kelurahan tangguh bencana berbuat apa jika terjadi sesuatu. Ada lembaga organisasi relawan. Partisipasi relawan di Tambakrejo kita berharap sangat aktif,” ujarnya.

Sebelumnya para ahli yang telah melakukan penelitian Jakarta tenggelam mengusulkan pembangunan Giant Sea Wall yang bertujuan dapat menangulangi ancaman hempasan ombak dan penurunan muka tanah di pesisir Jakarta. Sejauh ini pembangunan megaproyek tersebut dapat menanggulangi banjir rob yang terjadi di pesisir utara Jakarta. Namun hanya bersifat sementara karena faktor eksploitasi air tanah yang terjadi di ibu kota.


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x