Kompas TV regional berita daerah

Bugisan, Desa Berseri Astra yang Memanfaatkan Romantisme Candi Plaosan

Kompas.tv - 19 Desember 2022, 14:05 WIB
bugisan-desa-berseri-astra-yang-memanfaatkan-romantisme-candi-plaosan
Bugisan, Desa Berseri Astra yang Memanfaatkan Romantisme Candi Plaosan (Sumber: Kompas TV Jateng/Nanik Hastuti)
Penulis : KompasTV Jateng | Editor : Alvian putranto

 

Pengelolaan Sampah Menjadi Prioritas

Gelar yang disandang Bugisan sebagai Desa Berseri Astra dan Desa Wisata, tidak diperoleh secara tiba-tiba. Pemdes dan warga bergotong-royong untuk menciptakan Desa Wisata yang aman, bersih, dan nyaman. Sehingga masalah sampah juga diperhatikan betul, agar tidak menimbulkan permasalahan serius di kemudian hari. Sudah dirintis sejak tahun 2015 dengan konsep bank sampah.

Pengelolaan sampah di desa ini namanya Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Perhari, sampah yang diolah dan dipilah di TPS3R ini sebanyak 2,5 ton dari 500 KK yang tergabung di sini. Selain menjaga kebersihan, sampah ini juga menghasilkan pemasukan sebesar Rp2 juta perbulan untuk Bumdes. Selain itu, warga yang mengelola juga bisa menikmati rejeki dari sampah sebesar Rp1,5 juta per bulan. Nah, kalau dikelola dengan benar, sampah ternyata bisa menghasilkan cuan kan?

"Di sini ada dua pemilahan. Sampah organik dibuat pupuk kompos dan yang non organik diolah lagi menjadi biji plastik untuk menaikkan harga jual," kata Purwanto, Ketua TPS3R, saat ditemui di tempat pengelolaan.

 

Kisah Candi Plaosan yang Romantis Menyatukan Pasangan

Ketua Pokdarwis Desa Bugisan, Rudi Riono menjelaskan, kalau di Candi Plaosan atau Candi Kembar ini, ada kisah romantis yang bisa diambil hikmahnya, sekaligus sebagai daya tarik wisatawan.

Candi yang dibangun oleh Ratu Sri Kaluhunan ini, melambangkan dua perbedaan yang bisa bersatu. Menurut Prasasti Cri Kaluhunan (842 M), Sri Kaluhunan atau Pramodhawardhani yaitu Putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra yang beragama Budha, menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu dari Wangsa Sanjaya. Keduanya bersatu di Candi Plaosan Lor yang bernafaskan Budha dan Candi Plaosan Kidul yang bernafaskan Hindu.

"Jadi, kalau ingin cinta kita langgeng, kunjungilah Candi Plaosan. Kalau di Candi Prambanan, kan semua orang sudah tahu, legendanya kan Roro Jonggrang menolak cintanya Bandung Bondowoso, hingga akhirnya Roro Jonggrang dijadikan patung yang keseribu. Tapi itu hanya legenda, karena semua candi pasti eksotis dan menarik, semua kembali kepada pengunjung," kata Rudi Riono sambil tertawa kecil.

Saat ini, Pemdes Bugisan beserta Pemerintah Kecamatan Prambanan, juga tengah fokus memugar makam kuno, yang letaknya di sisi timur, tidak begitu jauh dari Candi Plaosan.

"Makam ini sudah ditemukan warga sejak belasan tahun yang lalu. Namun kami belum punya referensi yang cukup, ini makam siapa. Banyak pakar yang mengatakan kalau ini makam kuno Budhis. Masuk akal juga, karena di sini ada candi peninggalan Budha, sehingga tidak ada salahnya kami memugar makam tersebut," jelas Rudi.

Gayungpun tersambut, Camat Prambanan, Puspo Enggar Hastuti mendorong penuh langkah yang dilakukan pihak Pemdes Bugisan. Sehingga di sini nanti wisatanya lengkap. Ada wisata candi, wisata religi, wisata kuliner, wisata budaya, dan lain-lain.

"Kami menyupport langkah Pemdes Bugisan untuk memugar makam kuno tersebut. Kami juga sudah koordinasi dengan pihak Balai Pelestari Cagar Budaya Jateng, dengan pemugaran ini," kata Camat Puspo.

Dari pantauan wartawan, makam yang berisi tiga kuburan tersebut, berada di pinggir sungai dan jauh dari pemukiman warga. Pihak Pemdes sudah memugar dengan cara diberi batu bata, agar tidak longsor tanahnya.

(Penulis: Nanik Hastuti)



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x