Kompas TV regional peristiwa

Aremania Ini Diduga Depresi dan Enggan Tinggalkan Stadion Kanjuruhan Usai Tiga Temannya jadi Korban

Kompas.tv - 12 Oktober 2022, 21:23 WIB
aremania-ini-diduga-depresi-dan-enggan-tinggalkan-stadion-kanjuruhan-usai-tiga-temannya-jadi-korban
Rusdi (17), salah seorang Aremania asal Probolinggo yang diduga mengalami depresi setelah tiga temannya menjadi korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Gading Persada

MALANG, KOMPAS.TV - Rusdi, salah seorang Aremania asal Probolinggo, Jawa Timur diduga mengalami trauma dan depresi usai kericuhan di Stadion Kanjuruhan setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022). 

Diketahui, tiga teman Rusdi ikut menjadi korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan yang memakan 132 korban jiwa itu. 

Setelah tragedi nahas tersebut, remaja berusia 17 tahun asal Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, ini enggan meninggalkan area Stadion Kanjuruhan. 

Selama 10 hari terakhir, Rusdi berlalu lalang di area stadion dengan tatapan yang kosong. Ia juga terlihat linglung. 

"Dia kerap terlihat lalu-lalang selama 10 hari ini, dan setiap hari numpang buang air di toilet sini," kata Suhartini, salah satu penjaga toilet di area Stadion Kanjuruhan, dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/10/2022). 

Suhartini awalnya tak menaruh curiga kepada Rusdi karena sejak Tragedi Kanjuruhan memang banyak orang yang datang ke stadion. 

Namun ia mulai merasa aneh saat Rusdi hampir setiap hari menggunakan toilet yang dijaganya untuk buang air dan mandi. 

Baca Juga: 100 Korban Tragedi Kanjuruhan Lapor ke Posko Aremania di Jalan Kawi Kota Malang!

Saat ditanya, Suhartini menceritakan bahwa Rusdi sempat kembali ke Probolinggo saat mengantarkan ketiga temannya yang tewas itu.

Namun dia kembali lagi ke Stadion Kanjuruhan dan tidak mau pulang. Rusdi beralasan bahwa dia takut. 

"Kami coba tanyai, dia mengaku awalnya sempat pulang mengantarkan ketiga temannya yang sudah tewas. Tapi kembali lagi ke Malang," ujar Suhartini. 

"Saat tanyakan, kan teman kamu sudah meninggal, kenapa masih ditemani? Sebaiknya kamu pulang saja. Tapi ia menjawab, takut," jelasnya. 


 

Selama di Stadion Kanjuruhan, Suhartini mengatakan Rusdi bertahan hidup dengan menjual ponsel yang dimilikinya seharga Rp800 ribu. Dan saat ini, uangnya hanya tersisa  Rp40 ribu. 

"Ponselnya dijual, katanya laku Rp 800.000, sekarang uangnya tinggal Rp 40.000," ungkapnya. 

Identitas Rusdi berhasil diketahui setelah pemeriksaan oleh psikolog RSUD Kanjuruhan melalui identitas yang ditemukan di tasnya yang sempat dititipkan ke Suhartini yakni sebuah Surat Tanda Tamat Belajar Raudlatul Athfal (RA) Probolinggo.

Baca Juga: Ratusan Korban Tragedi Kanjuruhan Alami Gejala Susulan, Diungkap Posko Gabungan Aremania

Sementara terkait kondisi, psikolog dari RSUD Kanjuruhan Hardiono membenarkan bahwa Rusdi mengalami gangguan mental usai kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

Saat ini, pihaknya tengah berupaya melakukan pendekatan untuk menanyainya lebih dalam karena selama ini Rusdi menolak untuk membuka diri. 

"Satu-satunya cara untuk mendekatinya adalah menggunakan pendekatan Aremania. Karena selain itu dia selalu menolak," kata Hardiono. 

Lalu menurut Sub Koordinator Monev dan Pelayanan Medis RSUD Kanjuruhan Lukito Condro mengatakan, Rusdi sekarang sedang dicari Dinas Kesehatan Probolinggo.

"Dinas Kesehatan Probolinggo sudah berkoordinasi dengan kami sejak Selasa (11/10) kemarin," ungkapnya. 

Lukito juga menjelaskan pihaknya tengah berkoordinasi dengan Rumah Sakit Jiwa Lawang untuk memeriksa kondisi kejiwaan Rusdi.

"Petugas Rumah Sakit Jiwa Lawang saat ini tengah berkoordinasi dengan keluarga untuk meminta persetujuan pemeriksaan kejiwaan. Setelah mendapat persetujuan nanti akan kami evakuasi ke Rumah Sakit Jiwa Lawang," tuturnya.

Baca Juga: Viral Video Sosok Penjual Dawet Minta Maaf ke Korban Kanjuruhan, Mengaku Bukan Suruhan Siapa-Siapa



Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x