Kompas TV regional update

BMKG Sebut Hujan Es di Jogja Masih Akan Terjadi hingga Bulan April

Kompas.tv - 4 Maret 2021, 19:38 WIB
bmkg-sebut-hujan-es-di-jogja-masih-akan-terjadi-hingga-bulan-april
Ilustrasi hujan es. BMKG memberi penjalasan soal penyebab terjadinya hujan es. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)
Penulis : Rizky L Pratama

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Fenomena hujan es saat ini sedang sering terjadi di Yogyakarta dan Sleman. Fenomena itu pun ramai dibicarakan warganet sejak Rabu (3/3/2021) siang.

Di media sosial Twitter, hujan es dilaporkan terjadi di beberapa daerah antara lain Turi, Kotabaru, Jetis, Lempuyangan, dan beberapa daerah lainnya di Yogyakarta.

Beberapa video juga menampilkan “dahsyatnya” hujan yang melanda pada daerah-daerah tersebut.

Warganet membagikan video hujan es di Twitter. Beberapa menunjukkan es sebesar kelereng di tangan mereka.

Baca Juga: Hujan Es Terjadi di Jogja dan Nganjuk, Ini Proses Terjadinya dan Durasi

Berikut beberapa  video yang sempat trending di Twitter:

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reny Kraningtyas menjelaskan, hujan es masih berpotensi terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Hampir sebagian besar wilayah DIY dapat terjadi hujan es jika kondisi dinamika atmosfer memenuhi syarat," ujar Reny, dikutip dari Kompas.com, Kamis (4/3/2021).

Hujan es yang terjadi pada Rabu kemarin merupakan dampak pertumbuhan awan Cumulonimbus lebih dari 10 kilometer.

Baca Juga: Jangan Lebai Soal Hujan Es, Ini Alasannya

Dia menjelaskan, hujan es adalah fenomena biasa yang terjadi bersamaan dengan hujan lebat. Reny juga mengatakan hujan es itu bersifat lokal dengan jangkauan hanya 2 km.

Saat udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan bumi, maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan.

Reny menyebutkan, setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).

Baca Juga: Hujan Es dan Angin Kencang Landa Yogyakarta, Tenda Vaksinasi Covid-19 Ikut Ambruk

"Karena kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level," kata dia.

Nah, Freezing level itulah yang membentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar.

Kemudian, saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es.

Es yang turun itu bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil.

Baca Juga: Dua Hari Berturut-Turut Hujan Es di Sleman dan Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Potensi hujan es di Yogyakarta, menurut Reni, masih akan terjadi hingga sekitar bulan April.

"Ke depan potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba (April)," kata dia.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x