Kompas TV regional peristiwa

Permintaan Terakhir Pramugari Sriwijaya Air ke Orang Tua, Minta Rumah Dipersiapkan dan Dibersihkan

Kompas.tv - 12 Januari 2021, 11:20 WIB
permintaan-terakhir-pramugari-sriwijaya-air-ke-orang-tua-minta-rumah-dipersiapkan-dan-dibersihkan
Mia Trestiyani Wadu (kiri) bersama ayahnya - Kepergian Mia, pramugari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Kepulauan Seribu meninggalkan cerita. (Sumber: Tribunnews.com)
Penulis : Tito Dirhantoro

BALI, KOMPAS TV - Kepergian Mia Trestiyani Wadu, pramugari pesawat Sriwijaya Air SJ 182, yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu meninggalkan duka mendalam bagi pihak keluarga.

Sebelum menjalani tugas, perempuan berusia 23 tahun itu ternyata sempat mengutarakan permintaan terakhirnya kepada orang tuanya.

Demikian hal itu dikemukakan oleh paman korban bernama Johny Lay. Johny menuturkan, sekitar dua minggu yang lalu Mia berpesan kepada orang tuanya agar rumahnya dipersiapkan dan dibersihkan.

Baca Juga: Mia Tresetyani, Pramugari yang Tak Seharusnya Ada di Penerbangan Sriwijaya Air SJ 182

Pasalnya, Mia berencana liburan bersama teman-temannya dan akan berkunjung ke rumah orang tuanya pada pertengahan bulan Januari 2021.

Liburan tersebut, kata Jhony, untuk menggantikan libur Natal dan Tahun Baru, yang ketika itu Mia tidak bisa pulang lantaran harus bertugas.

“Dua minggu sebelumnya karena tidak bisa Natalan, Mia telepon orang tua, minta tolong bersihkan rumah dan persiapkan rumah karena libur mau ke rumah,” kata Johny Lay pada Minggu (10/1/2021), seperti dikutip dari Tribun Bali.

Menindaklanjuti permintaan anaknya, kata Johny, orang tua Mia lantas membersihkan rumahnya. Termasuk merapikan kamar mandi dan kamar tidur Mia.

Baca Juga: Pengamat: Yang Didengar Nelayan Kemungkinan Suara Sayap Patah Pesawat Sriwijaya Air

“Orang tuanya bahkan sudah merehab dan membersihkan kamar mandi dan kamar tidur (Mia),” ucap Johny.

Jhony menambahkan, orang tua Mia sempat kontak dengan anaknya sebelum peristiwa nahas itu terjadi. Komunikasi itu terjadi pada sesaat sebelum jadwal keberangkatan Mia.

Kala itu, Mia memberitahukan orang tuanya akan berangkat ke Pontianak. Namun, hanya kabar keberangkatan yang diterima orang tua. Setelah itu, tiada kabar tiba dari Mia.

“Sesaat sebelum berangkat masih menghubungi orang tua, bilang mau tugas, biasanya bilang mau berangkat," ucap Johny.

Baca Juga: Pengamat: Sriwijaya Air SJ 182 Hancur karena Lokasi Jatuhnya Pesawat di Perairan Dangkal

"Mia dengan orang tua, setiap akan penerbangan mau berangkat pasti menghubungi orang tua, begitu pula setelah tiba."

Sementara itu, kakak korban, Ardi Samuel Cornelis Wadu (25), mengatakan sebelum berangkat Mia biasanya selalu menelepon orang tuanya, khususnya sang ibu.

Namun, beebeda dengan kali ini. Ardi menuturkan, Mia hanya mengirim pesan lewat WhatsApp.

“Ma, Mia mau berangkat,” demikian isi chat Mia seperti dituturkan Samuel.

“Tumben kemarin cuma chat, biasanya dia sebelum flight pas di bandara pasti nelpon mama."

Baca Juga: Inilah Pembagian Area Pencarian Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu

Lebih lanjut, Ardi mengatakan, di mata keluarga, Mia dikenal sebagai pribadi yang baik dan lemah lembut. Mia juga sebelumnya aktif dalam gerakan pemuda di Gereja GPIB Maranatha Denpasar.

“(Mia) dekat dengan orang tua, setiap mau berangkat terbang dan tiba selalu memberi kabar orang tua,” kata Johny.

Hanya, sejak aktif menjadi pramugari sekitar 4-5 tahun yang lalu, Mia mulai jarang dalam kegiatan gereja karena banyak tugas penerbangan di luar kota.

Namun, setiap pulang ke Denpasar, ia selalu menyempatkan diri berkumpul dengan teman-teman di gereja.

Baca Juga: Basarnas: 74 Kantong Body Part Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Dievakuasi

Ketua Umum IKB Kolorai Haw, Felix Diaz, menuturkan Mia merupakan sosok yang rajin beribadah, peduli pada semua orang, penurut dan santun.

“Dia juga rajin beribadah di mana tempat dia landing. Meski lahir dan besar di Denpasar, Mia kalau ada waktu sering pulang kampung,” kata Felix.

Tak hanya dikenal dengan pribadi yang baik dan peduli, Mia juga tergolong seorang peremouan muda yang mimiliki kompetensi.

Selepas lulus sekolah dari SMP Negeri 9 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar, Mia berhasil meniti kariernya di dunia penerbangan.

Baca Juga: Keluarga Kopilot Sriwijaya Air Bawa Data dan Dokumen Datangi Posko DVI Polri

Saat itu, Mia melamar pekerjaan hanya berbekal surat keterangan lulus karena ijazah aslinya belum keluar.

Hasilnya, Mia diterima bekerja di tiga maskapai besar sekaligus yakni Lion Air, Sriwijaya Air, dan Garuda Indonesia. Namun, akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada Sriwijaya Air.

"Waktu itu dia melamar di tiga tempat, yaitu Lion, Sriwijaya Air, dan Garuda Indonesia. Dia diterima di ketiga tempat, tapi dia memilih Sriwijaya Air," ucap Felix Diaz.

Baca Juga: Jurnalis Kompas TV Ikut Pencarian Korban Pesawat Sriwijaya, Temukan Puing dan Lembaran Uang



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x