Kompas TV pendidikan edukasi

Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia hingga Diperingati setiap Tanggal 14 Agustus

Kompas.tv - 14 Agustus 2023, 07:25 WIB
sejarah-gerakan-pramuka-di-indonesia-hingga-diperingati-setiap-tanggal-14-agustus
Gerakan kepanduan di Indonesia yang menjadi cikal bakal Pramuka. (Sumber: pramuka.or.id)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tanggal 14 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pramuka Nasional.

Namun sebelum dikenal sebagai Pramuka, gerakan ini bernama kepanduan yang sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda.

Lantas bagaimanakah sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia? Dan kenapa tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka Nasional? Berikut penjelasannya.

Sejarah Gerakan Pramuka

Dilansir dari pramuka.or.id, gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia telah ada sejak zaman kolonial Hindia-Belanda. 

Pada tahun 1912, kelompok pandu di Batavia (nama Jakarta pada masa penjajahan Belanda) mulai terbentuk dan berlatih. Kelompok ini yang kemudian menjadi cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). 

Dua tahun kemudian, cabang ini resmi berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.

Awalnya, mayoritas anggota NIPV adalah pandu keturunan Belanda. Namun, pada tahun 1916, organisasi kepanduan yang sepenuhnya terdiri dari pandu-pandu bumiputra juga didirikan. 

Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo, membentuk Javaansche Padvinders Organisatie. Setelah itu, muncul organisasi kepanduan berdasarkan agama, etnis, dan lainnya. 

Beberapa di antaranya adalah Padvinder Muhammadiyah (Hizbul Wathan), Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, El-Hilaal, Pandu Ansor, Al Wathoni, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia, dan Kepanduan Masehi Indonesia.

Baca Juga: Susunan Upacara Hari Pramuka ke-62 Tahun 2023, Tata Cara dan Contoh Amanatnya

Kepanduan di Hindia-Belanda kemudian mengalami perkembangan yang positif. Bahkan, Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell, bersama istrinya dan anak-anak mereka, mengunjungi organisasi kepanduan di Batavia, Semarang, dan Surabaya pada Desember 1934. Pandu-pandu di Hindia-Belanda juga ikut serta dalam Jambore Kepanduan Sedunia.

Setelah mengirim delegasi kecil untuk mengamati Jambore Sedunia 1933 di Hungaria, Pandu Hindia-Belanda kemudian berpartisipasi dalam Jambore Sedunia 1937 di Belanda.

Mereka terdiri dari pandu keturunan Belanda, bumiputra dari Batavia dan Bandung, pandu Mangkunegaran, pandu dari Ambon, serta beberapa pandu keturunan Tionghoa dan Arab.

Di dalam negeri, perkemahan dan jambore kepanduan juga diadakan di berbagai tempat. Pada Juli 1941, misalnya, diselenggarakan Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem di Yogyakarta.

Kemudian, pada Desember 1945, Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia diadakan di Surakarta. Kongres ini menciptakan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia. 

Namun, ketika Belanda melancarkan agresi militer pada 1948, Pandu Rakyat dilarang beroperasi di wilayah yang dikuasai Belanda. Hal ini memicu munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Sejarah Hari Pramuka Nasional 14 Agustus



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x